REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Pesawat kargo militer Turki mendarat di ibu kota Somalia, Mogadishu, pada Ahad (29/12). Pesawat mendarat guna mengevakuasi para korban luka parah akibat ledakan dahsyat, yang menewaskan sedikitnya 90 orang, termasuk dua warga negara Turki.
Pesawat juga membawa serta pasokan dan staf medis darurat, menurut cuitan Kedutaan Besar Turki, yang menambahkan keterangan bahwa bantuan tersebut dibawa ke rumah sakit milik Turki di Mogadishu. Menteri Informasi Somalia Mohamed Abdi Hayir Mareye mengatakan kepada media pemerintah bahwa 10 warga Somalia yang mengalami luka parah akibat ledakan pada Sabtu (28/12) akan dievakuasi ke Turki. Korban luka lainnya akan dirawat di Somalia oleh 24 dokter yang diutus oleh Turki.
Sejak bencana kelaparan 2011 di Somalia, Turki menjadi negara terdepan dalam memberikan bantuan ke negara tersebut. Ankara berupaya meningkatkan pengaruhnya di negara Tanduk Afrika itu dalam persaingan dengan rival Teluk seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Ledakan pada Sabtu di pos pemeriksaan selama jam sibuk di Mogadishu, merupakan yang paling mematikan di Somalia dalam dua tahun terakhir. Tidak ada pihak yang bertanggung jawab meski otoritas menuding kelompok al Shabaab, yang terkait al-Qaida, sebagai pelaku serangan.
Dalam pidato pada Sabtu malam, Presiden Mohamed Abdullahi Farmaajo menuturkan kelompok itu berupaya membunuh orang-orang tak bersalah dan menghancurkan infrastruktur. "Rakyat beserta pemerintah tidak akan pernah mengalami kerusakan moral untuk mencapai tujuan pembangunan dan membangun kembali negara kami," katanya.