REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan perempuan memiliki pengaruh sebagai salah satu menu tema yang paling banyak dipilih sebagai karya sastra terutama dalam bentuk cerpen, roman dan novel. Seringnya Kehidupan perempuan yang diangkat dalam perkembangan sastra, menginisiasikan Dompet Dhuafa menggelar diskusi budaya dalam “Serambi Budaya”, Perempuan dan Sastra” yang bertempat di Masjid Panggung Cordofa, Gd. Philantrophy, Pejaten, Jakarta. Kamis (26/12)
Parni Hadi selaku Inisiator, Pendiri dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa mengatakan, bulan lalu Masjid Cordofa ini diresmikan. Ia mengharap nantinya masjid ini dijadikan sebagai tempat yang multifungsi. Ada diskusi-diskusi di dalamnya. Salah satunya adalah diskusi tentang perempuan dan sastra.
"Dan alhamdulillah hari ini terlaksana. islam sangat erat kaitannya dengan islam," katanya dalam siaran pers.
Parni menambahka tokoh-tokoh Muslim terkemuka merupakan sastrawan-sastrawan hebat pada masanya, bahkan hingga sekarang semua tokoh-tokoh, ulama-ulama Muslim itu sastrawan semua. Bahkan kitab suci Al-Qur’an itu merupakan sastra yang tinggi sekali di luar akal manusia.
"Dompet Dhuafa sebagai lembaga yang berlandasan islam jika tidak memerhatikan tentang sastra, saya rasa itu salah. Pada tahun 2020 Dompet Dhuafa akan membentuk sebuah komunitas gerakan menulis yang beranggotakan insan-insan Dompet Dhuafa http://bit.ly/2Qg9ucg," ucap Parni Hadi selaku Inisiator, Pendiri dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa.
Dompet Dhuafa menggelar diskusi budaya dalam “Serambi Budaya”, Perempuan dan Sastra” yang bertempat di Masjid Panggung Cordofa, Gd. Philantrophy, Pejaten, Jakarta. Kamis (26/12)
Selain menjadi fungsi tempat peribadatan, Masjid Panggung Cordofa Dompet Dhuafa menjadi fungsi keduanya untuk tempat diskusi budaya “Perempuan & Sastra”. Diskusi budaya Perempuan dan Sastra tersebut berisikan tentang kontribusi serta peran perempuan dalam sastra dan perkembangannya. Dengan menghadirkan sastrawan-sastrawan wanita, di antaranya Fatin Hamama R. Syam dan DR. Sastri Sunarti, serta musikus puisi Jodhi Yudo, diskusi dibuka secara umum untuk seluruh amil Dompet Dhuafa dan masyarakat umum.
Sastra dalam perspektif sosiologis dinilai sebagai salah satu bentuk kreasi yang menggambarkan tentang fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat. Kehidupan yang diangkat dalam karya sastra dapat mencakup hubungan antar masyarakat, antar individu atau peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang, berupa pengalaman pribadi maupun kisah orang lain.
Tema-tema yang diambil dalam karya sastra banyak dilihat dari kejadian nyata seseorang dan cerita yang sesuai dengan alur pemikiran pengarang. Adapun dominasi karya sastra dipenuhi dengan tema-tema yang mengangkat tentang kisah perempuan. Perempuan menjadi topik seru dalam karya-karya sastra dan banyak menjadi pemeran dalam karya-karya sastra.
Gambaran ini membuktikan bahwa perempuan ingin menampakkan sikap yang mendasarinya dalam berproses dan menunjukkan tajinya di arena sastra ditengah pemikiran komunitas-komunitas sastra yang masih membungkus perempuan sebagai pelengkap penderitaan.
Menilik sejumlah nama dan karya yang menghiasi dinamika kesastraan di Indonesia antara lain Fatin Hamama dengan puisinya papyrus dan Aku Arus, Kau Tepian Itu (2015), Iskasiah Sumarto dengan novelnya Astiti Rahayu (1976), Dorothea Rosa Herliany dengan antopologi puisinya Nikah Ilalang (1995) dan masih banyak lagi perempuan Indonesia yang berkecimpung di dunia sastra dengan karyanya.
Dalam diskusi, Sastri Sunarti selaku pembicara diskusi perempuan dan sastra memaparkan, sejak dulu hingga sekarang pengarang perempuan Indonesia selalu berupaya menyuarakan hak-hak perempuan sesuai dengan konteks zaman dan sosial budaya. Ia kemudian melanjutkan pemaparannya dengan menunjukkan biografi tokoh-tokoh sastrawan perempuan Indonesia. Pada generasi ketiga, para penulis perempuan lebih tajam lagi menyoroti kebebasan terhadap isu feminisme kultural yang sering disebut dengan kesetaraan gender yang cenderung mengacu ke barat.
Masjid Panggung Cordofa Dompet Dhuafa Berdiri di atas lahan 368 meter persegi yang berbahan kayu yang ramah lingkungan serta tahan gempa ini, juga memiliki fungsi sebagai Center of Excellent. Bukan hanya pembinaan dan peningkatan spiritual, namun juga penambahan wawasan khazanah keislaman, kebudayaan, maupun sastra. Masjid Panggung Cordofa akan menjadi sarana ibadah bagi para amil Dompet Dhuafa dan pusat kegiatan lainya. Namun, seperti halnya masjid yang merupakan milik umat dan terbuka untuk siapapun.