REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (Pemerhati HAM) Theo Hesegem mengaku menyaksikan sendiri olah tempat kejadian perkara (TKP) penembakan yang menewaskan Hendrik Lokbere, sopir Wakil Bupati (Wabup) Nduga Wentius Nimiangge pada Selasa (24/12) lalu.
Peristiwa penembakan itulah yang menjadi salah satu alasan Wabup Nduga mengundurkan diri dari jabatannya pada Senin (23/12). Pernyataan itu membantah keterangan Menko Polhukam Mahfud MD yang sebelumnya menyebut tidak ada penembakan tersebut.
"Penembakan itu benar karena saya ada di TKP tanggal 24 (Desember 2019) itu dari pagi sampai jam empat, saya dampingi saksi melakukan pemeriksaan satu oleh polisi militer POM, dan juga oleh tim dari Polda (Papua)," ujar Theo saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (31/12).
Ia melanjutkan, pada pukul 16.00 waktu setempat, dia dan tim olah TKP mendatangi tempat di mana korban ditembak. Theo menuturkan, penembakan terjadi pada Jumat (20/12) sekitar 19.30 atau 20.30.
Hendrik tak sendiri. Ia ditemani seseorang di dalam mobil truk sedang yang dikendarainya menuju salah satu kampung dari Kota Kenyam. Seseorang itu kini menjadi saksi untuk kasus penembakan yang menewaskan Hendrik.
"Itu penembakan tanggal 20 sekitar setengah delapan atau setengah sembilan, jam tujuh mereka berangkat dari Kota Kenyam ke kampung. Itu tidak terlalu jauh sebenarnya, itu daerah perkampungan bukan hutan," kata Theo.
Menurut Theo, Hendrik akan pergi ke kampung itu untuk menjemput orang-orang yang meneleponnya untuk dijemput. Akan tetapi, di perjalanannya, Hendrik ditembak dari depan yang menembus kaca depan mobilnya.
Ia mengatakan, berdasarkan keterangan anggota memang sebelum Hendrik ditembak, terjadi baku tembak, tetapi bukan di TKP melainkan daerah berbeda. Akan tetapi ketika anggota menuju kota yang jalanannya menaik bertemu mobil Hendrik dari arah sebaliknya.
"Ketika anggota naik dan lewat kemudian ketemu dengan Hendrik lalu tembak mobilnya, tembak sopirnya dari daerah depan, jadi kaca-kacanyanya hancur dan bolong. Kemudian dia kena di bagian dada atau bagian lewat di punggung. Lalu yang kedua kali, anggota itu naik lagi buka pintu lalu menembak dalam mobil, itu (keterangan) saksi ya," tutur Theo.
"Pelakunya diduga itu TNI tapi kan ini masih dalam proses penyelidikan, nanti akan terungkap kalau polisi dan TNI terbuka dia ungkap siapa pelakunya, tapi dugaan kuat itu menurut masyarakat TNI," jelas Theo menambahkan.
Theo mengatakan, saksi melihat pakai pakaian loreng cokelat seperti pakaian Brimob.
Ia pun heran dengan sikap pemerintah pusat terhadap isu-isu dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia di Papua. Pemerintah pusat menganggap hal itu biasa-biasa saja sehingga tidak pernah merespons dan menangani dengan serius.
Theo menekankan, Wentius Nimiangge menyatakan mundur Wabup Nduga bukan karena termakan dengan isu politik Papua merdeka atau berpihak kepada kelompok OPM. Sebab, ia menyaksikan pernyataan pengunduran diri Wentius, dan Dandrem 172/PWY pun ada di sana pada Senin (23/12).
"Bukan karena terprovokasi dengan isu politik Papua Merdeka, tetapi ia menyatakan sikap sebagai seorang pimpinan yang ingin mau jadi korban demi rayatnya yang sedang mengalami korban jiwa di sana," kata Theo.
Ia menyebutkan, peristiwa yang memakan korban warga sipil itu terjadi sejak pembantaian terhadap karyawan PT Istaka Karya di Gunung Gabo Distrik Dal Kabupaten Nduga pada 2 Desember 2018. Selanjutnya pada 4 Desember 2019, dilakukan operasi militer hingga banyak korban yang ditembak dan dibunuh.
Sehingga, lanjut dia, terjadi pengungsi besar-besaran hingga sampai masyarakat melarikan diri ke hutan-hutan. Bahkan sampai meninggal di hutan dan meninggal di tempat pegungsian dibeberapa Kabupaten di Papua.
"Sampai hari ini catatan kami ada sekitar 241 warga masyarakat sipil dari Nduga jadi korban jiwa, warga non-Papua sekitar 17 orang mengalami korban jiwa. Empat orang diduga hilang disekitar Gunung Gabo. Kini sampai hari ini belum ditemukan, jumlah keseluruhannya telah mencapai 262 korban jiwa," ungkap Theo.
Tak ada penembakan
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD meminta masyarakat tidak mudah terprovokasi soal wakil bupati Nduga Wentius Nimiangge yang mengundurkan diri hingga ajudan tertembak. Menurutnya, kabar penembakan itu tidak benar.
"Lalu, kasus Nduga yang katanya (wakil) bupatinya mengundurkan diri karena sopir dan ajudan kena tembak. Itu tidak ada," katanya, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat.
Mahfud memastikan tidak ada ajudan atau sopir Wabup Nduga yang ditembak oleh tentara maupun polisi. "Dikonfirmasi oleh TNI maupun polisi, termasuk Menlu dan jajarannya, ndak ada," ucap mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu menegaskan.
Mahfud justru menanyakan identitas sopir atau ajudan Wabup Nduga yang dikabarkan menjadi korban penembakan tersebut. "Siapa namanya, umur berapa, alamatnya di mana? Yang dikatakan sebagai ajudan, itu kan pasti ada identitas. Itu tidak ada ternyata," katanya.