REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Mas Alamil Huda, wartawan Republika
Muhammad Awaluddin menyandarkan lengannya pada sebuah jembatan gantung bercat hijau tua. Sorot matanya tertuju pada dua perahu karet yang mengapung di bawah jembatan. Jembatan penghubung dua kampung itu membentang sekitar 50 meter di atas aliran sungai Cisadane.
“Kampung ini suatu saat akan besar dengan budaya dan keramahan warganya,” kata Kang Endin, sapaan Awaluddin, kepada Republika.co.id, belum lama ini.
Kang Endin tampak begitu tegas saat mengucapkannya. Lelaki 36 tahun itu begitu yakin, Kampung Labirin akan terus berkembang dan menjadi kampung berbasis budaya. Kampung Labirin sendiri merupakan sebutan untuk Kampung Kebon Jukut, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
Nama ‘labirin’ dipakai untuk menggambarkan kondisi perkampungan yang memiliki jalan berupa gang-gang sempit yang berkelok-kelok bak labirin. Saat menuju lokasi, orang yang belum mengetahui akan merasa bingung karena jalan yang sempit dan berbelok-belok. Berkeliling di kampung ini harus dengan berjalan kaki.
Kampung Labirin ini persis berada di bantaran Kali Cisadane. Sungai ini melewati Kota Bogor, khususnya di Kampung Labirin dengan aliran sungai yang tidak terlalu berarus. Bantaran kali di daerah ini oleh Kang Endin dan pemuda Kampung Labirin lainnya disulap menjadi wilayah yang berpotensi menjadi destinasi wisata air berbasis budaya.
Sungai dengan air yang relatif bersih dari sampah dan batu-batu besar yang berada di tengahnya kian menambah nilai estetika. Perbatasan kali dengan perkampungan yang ada di sebelahnya membentuk suatu tebing yang curam dan ditumbuhi pohon-pohon rindang menambah kesan asri di tengah hiruk pikuk perkotaan.
Kang Endin menyadari masih banyak yang harus dibenahi untuk menjadikan Kampung Labirin sebagai wisata kampung berbasis budaya. Semua itu butuh waktu yang tidak sebentar. Usia Kampung Labirin baru satu tahun. 1 Desember 2018, kampung ini diresmikan Wali Kota Bogor Bima Arya bersama dengan Yayasan Astra Honda Motor.
KBA Kampung Labirin. Kampung Labirin merupakan satu dari 81 kampung binaan Astra.
Festival budaya
Sejak menjadi kampung binaan Astra, Kampung Labirin menyelenggarakan empat kali festival berskala besar. Festival ini melibatkan semua pihak, dari anak-anak, pemuda-pemudi, hingga ibu-ibu. Semua bergotong royong untuk memeriahkan sekaligus mempromosikan Kampung Labirin.
Kang Endin mengatakan, cita-cita menjadikan Kampung Labirin sebagai kampung wisata berbasis budaya dituangkan dalam peresmian pada Desember 2018. Festival Labirin Nyunda diambil sebagai konsep atau tema utama peresmian. “Itu bukan tanpa visi. Ke depan, kita akan terus gali potensi ini,” kata dia.
Dalam setiap festival, lanjut Kang Endin, warga Kampung Labirin juga menampilkan berbagai tarian, musik, dan beragam kuliner khas Bogor. Kuliner mulai dari emping jengkol, soto kuning, laksa bogor, toge goreng, hingga mie glosor tersedia di sana.
Semua penjualnya 100 persen warga Kampung Labirin. Cara ini dilakukan sebagai upaya mengembangkan usaha warga setempat. Seluruh warga kampung diberdayakan dalam setiap festival.
Pengunjung dikenai tarif Rp 3.000 per orang dalam setiap festival. Rata-rata, setiap festival dikunjungi kurang lebih 500 pengunjung. Kang Endin mengatakan, jumlah yang didapat dari penjualan tiket memang tidak besar. Tetapi hasil penjualan dari kuliner cukup membuat warga Kampung Labirin tersenyum.
Di sisi lain, kata Kang Endin, sekaligus yang lebih penting, festival adalah salah satu dari beberapa cara yang dilakukan sebagai sarana promosi atau awal bagi KBA Kampung Labirin dalam melangkah ke depan. Masih banyak gagasan yang akan direalisasikan.
“Kita ingin berbeda dengan kampung yang sudah ada,” ujar dia.
Pandangan mata Kang Endin tajam melihat Sungai Cisadane sesaat setelah mengucapkan itu. Ada cita-cita besar yang terselip dari kata-katanya yang lugas dan tegas. Dia menyadari, semua memang butuh waktu. Tapi semangat tak boleh pernah surut sedikit pun.
Pembina Kampung Labirin, Encep Musa, mengatakan, upaya promosi terus dilakukan untuk menggaungkan wisata Kampung Labirin. Berbagai platform media sosial, seperti Instagram dan Facebook turut dimanfaatkan. Semua yang dilakukan, manfaatnya harus dirasakan masyarakat.
“Saya bilang pada Kang Endin, apa pun yang kita lakukan, warga harus terlibat dan mereka mendapat dampak dari kegiatan, baik dampak sosial yaitu semakin eratnya bertetangga atau juga dampak ekonomi,” ujar Encep.
KBA Kampung Labirin. Kampung Labirin merupakan satu dari 81 kampung binaan Astra.
Geliat semangat
Bunyi tumbukan batu terdengar saat memasuki Kampung Labirin. Suara tersebut bersumber dari beradunya batu yang berbenturan saat ibu-ibu memipihkan buah jengkol.
Menyusuri jalan berbentuk labirin ini akan disuguhi dengan pemandangan perkampungan dengan aktivitas ibu-ibu yang sedang memproduksi emping jengkol.
Hampir setiap rumah yang dilewati, ada aktivitas produksi. Ada geliat semangat di sana. Aktivitas ini termasuk kegiatan yang digiatkan oleh KBA Kampung Labirin. Produksi emping jengkol merupakan suatu kegiatan memanfaatkan potensi lokal untuk mendorong perekonomian masyarakat terutama kalangan ibu-ibu.
Buah jengkol oleh ibu-ibu direbus hingga lunak kemudian dipipihkan menggunakan batu hingga membentuk lembaran tipis. Lembaran tersebut lantas dijemur hingga kering untuk selanjutnya di-packing dan menjadi produk emping mentah. Komoditas ini juga dijual dalam bentuk siap konsumsi dengan digoreng terlebih dahulu.
“Emping jengkol ini hanya akan ditemukan di sini, produk ini tidak akan ada di tempat lain. Ini jadi ciri khas kami,” kata Encep yang juga Ketua RW 10 Kampung Labirin.
Selain menggerakkan ibu-ibu, pemuda Kampung Labirin juga digerakkan untuk memanfaatkan potensi aliran Sungai Cisadane sebagai wisata air. Pemuda dan pemudi Kampung Labirin ditugasi sebagai pemandu wisata dan pengemudi perahu karet bagi wisatawan yang hendak menyusuri dan menikmati sisi estetika Sungai Cisadane.
“Kami juga sebelumnya nggak bisa, tapi kami dilatih dulu oleh petugas damkar (pemadam kebakaran) untuk bisa mengemudi perahu karet ini. Kami mengikuti pelatihan dulu,” kata Reza (21), pemuda kampung labirin.
Salah satu pengunjung Kampung Labirin, Nur Hidayah (29), mengatakan, potensi wisata Kampung Labirin sangat besar. Wisata airnya sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Pemandangan yang ditawarkan juga lumayan menyejukkan. Semua itu ditopang dengan keramahan warga Kampung Labirin yang menyenangkan.
“Ini kalau ada kulinernya di sekitar sini, terus ditambah apa gitu di tepi sini (tebing), pasti bagus. Begini saja seadanya sudah sangat layak buat akhir libur akhir pekan,” kata dia saat menyusuri Sungai Cisadane menggunakan perahu karet milik KBA Kampung Labirin.
Eskalator kesejahteraan
Tak hanya mendukung pengembangan kampung, Astra juga memberi beasiswa kepada 35 siswa dari tingkat SD hingga SMA bagi warga Kampung Labirin. Sebanyak 15 siswa di antaranya untuk SD, 11 siswa SMP dan 9 siswa SMA.
“Alhamdulillah, sebagian besar mereka awalnya mau putus sekolah, tapi kini mereka semua lanjut sekolah,” kata Kang Endin.
Selain terus berupaya mengembangkan Kampung Labirin sebagai ikon baru wisata di Kota Bogor sekaligus menggerakkan perekonomian warga setempat, Kang Endin juga concern dalam memonitoring beberapa anak-anak. Beasiswa yang diberikan pihak Astra kepada siswa Kampung Labirin menjadi salah satu tanggung jawabnya untuk memastikan mereka lanjut sekolah.
Baginya, pendidikan adalah segalanya. Semua bisa berubah karena pendidikan. Sebagai buruh pabrik sepatu, Kang Endin menyadari betul, semua tak akan berarti jika generasi penerus tak mengenyam pendidikan yang tinggi. Pendidikan, menurut Kang Endin, merupakan eskalator kesejahteraan. “Kita ingin bekali anak-anak kita dengan pendidikan yang baik,” ujar dia.
Wakil Ketua Yayasan Astra Honda Motor, Ahmad Muhibbuddin, mengatakan, pengembangan Kampung Labirin sebagai destinasi wisata dan budaya ini adalah bagian dari rangkaian program Astra yang berkesinambungan. Saat ini, apa yang ada di Kampung Labirin merupakan awal dari keberlanjutan yang dimaksud.
Muhibbuddin mengatakan, dukungan penuh dari warga setempat akan menambah ‘bahan bakar’ semangat untuk terus mengembangkan Kampung Labirin secara bersama-sama. “Kami yakin akan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar,” ujar Muhibuddin.
KBA Kampung Labirin merupakan satu dari 81 kampung binaan Astra yang ada di seluruh Indonesia. KBA merupakan program kontribusi sosial berkelanjutan Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan empat pilar program, yaitu pendidikan, kewirausahaan, lingkungan dan kesehatan.
Melalui program KBA ini, masyarakat dan perusahaan dapat berkolaborasi untuk bersama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah KBA.