REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Yayasan Askar Kauny Ustaz Bobby Herwibowo menilai bahwa kegiatan dzikir nasional Republika sebagai tradisi baik di penghujung tahun. Gelaran yang tahun ini genap 18 kali diadakan menurutnya adalah acara yang menginspirasi banyak kalangan masyarakat, untuk mengisi momen pergantian tahun.
Waktu pergantian tahun, kata Boby sangat identik diperingati dengan hura-hura hingga maksiat. Sehingga kegiatan dzikir atau mengingat Allah ini menjadi upaya baik untuk menghindarkan masyarakat dari lalai kepada Tuhan.
"Sesungguhnya dzikir itu memang bisa dilakukan dalam kondisi apapun, kata Allah bisa dilakukan ketika berdiri, duduk atau berbaring. Dan dilakukan dalam waktu kapanpun. Terlebih di momen tahun baru yang biasanya dirayakan dengan lalai kepada Allah. Jadi dzikir ini bisa disebut sebagai upaya melawan kemaksiatan," tutur Ustaz Boby yang juga menjadi penceramah di Dzikir Nasional Republika 2019 di Masjid At-Tin, Jakarta Timur, Selasa (31/12).
Kelalaian dari mengingat Tuhan pada momen pergantian tahun di tengah masyarakat disebutnya bisa mengundang murka Allah. "Bahkan beberapa pesantren tahfidz melakukan kegiatan dzikir di Puncak Bogor yang dikenal dekat dengan kemaksiatan saat tahun baru. Ini tujuannya supaya Allah tidak murka," jelasnya.
Ustaz Boby mengatakan bahwa tradisi dzikir di penghujung tahun yang digelar Republika harus terus digelar untuk mengingatkan umat agar selalu berdsikir kepada Allah.
"Sejak 2001 diadakan saya ikuti rutin dan bahkan disebut bahwa acara ini menjadi salah satu yang menginspirasi kegiatan dzikir akhir tahun di beberapa tempat. Ini tradisi baik dan jika diikuti oleh orang lain maka pahalanya terus mengalir bagi orang yang melakukan tradisi ini pertama kali," ungkapnya