REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kiai Cholil Nafis menanggapi positif kegiatan Dzikir Nasional jelang pergantian tahun 2020. Menurutnya, acara tersebut memberikan alternatif kepada masyarakat untuk menghabiskan malam tahun baru.
Secara khusus, Kiai Cholil berpendapat bahawa zikir dapat mendekatkan hubungan dengan Allah. Sementara, sambung dia, nasional artinya memperlihatkan kecintaan masyarakat terhadap negara.
"Maka dipergatian tahun dengan kita berzikir artinya kita mengawali diri dengan muhasabah dan mengembalikan diri kita kepada Allah SWT," kata Kiai Cholil Nafis di sela kegiatan Dzikir Nasional di Masjid At-Tien Jakarta, Selasa (31/12).
Dia mengatakan, zikir merupakan kunci untuk membawa masyarakat pada sebuah fase ketenangan dan kedamaian. Dia melanjutkan, dengan berzikir kepada Tuhan maka hati setiap individu akan menjadi tenang dan damai.
"Maka di akhir pergantian tahun dengan cara zikir artinya menciptakan ketenangan, kedamaian pada tingkat nasional kita," kata Cholil lagi.
Dia mengatakan, kedamaian tingkat nasional itu pada akhitnya membawa pada perdamaian di tengah-tengah masyarakat. Dia melanjutkan, semangat itu lantas sebaiknya dijadilan landasan bagi masyarakat untuk membangun bangsa.
"Bagaimana agama itu menjadi spirit nasionalisme, jangan benturkan agma dengna kenegaraan kita, kebangsaan kita tetapi membangun bangsa itu berdasarkan agama dan agama dijadikan landasan membangun negara," katanya.
Selain di Masjid At-Tiin, Jakarta Timur, Festival Republik dan Dzikir Nasional juga digelar di Masjid Pusdai, Bandung Jawa Barat dan Masjid Jogokariyan, Jogyakarta. Dzikir Nasional dan Masjid At-Tiin sendiri dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional, antara lain Ustadzah Mamah Dedeh, Ustadz Cholidi Asadil Alam, Ustadz Cholil Nafis, Ustadz Abdul Mu'thi, Ustadz M. Jazir, Ustadz Abdul Syukur, Ustadz Bobby Herwibowo, dan Habib Jindan.