REPUBLIKA.CO.ID, oleh Umar Mukhtar
JAKARTA -- Hujan yang mengguyur Jakarta dan sekitarnya sejak Selasa (31/12) telah mengakibatkan puluhan ribu orang mengungsi di Jakarta. Posko banjir Jakarta mencatat hingga Rabu (1/1) malam jumlah pengungsi banjir di seluruh wilayah DKI Jakarta mencapai angka 31.232 orang.
Angka tersebut belum termasuk pengungsi di Bodetabek yang terdampak banjir. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat titik banjir terbanyak yang terjadi di Jabodetabek pada Rabu (1/1) ada di Kota Bekasi.
kata Kapusdatinkom BNPB Agus Wibowo mengatakan, Kamis (2/1), pantauan BNPB menunjukkan ada 169 titik banjir di seluruh wilayah Jabodetabek dan Banten. Titik banjir terbanyak berada di Provinsi Jawa Barat ada 97, DKI Jakarta ada 63 dan Banten ada sembilan.
Musibah banjir sebenarnya adalah momen bagi umat Muslim untuk bermuhasabah. Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhammad Cholil Nafis mengingatkan umat Muslim untuk bermuhasabah atau introspeksi diri terkait turunnya hujan deras yang membuat beberapa daerah kebanjiran.
Dia menjelaskan bahwa pada dasarnya air adalah karunia Allah. "Makanya di mana-mana kita hidup tidak bisa tanpa air. Tetapi air yang melebihi kapasitas acap kali menjadi siksa dari Allah seperti halnya banjir bandang yang terjadi pada zaman Nabi Nuh," kata dia kepada Republika.co.id.
Karena itu pula, Kiai Cholil mengajak semua umat Muslim untuk menyikapi keadaan ini dengan muhasabah atas berbagai bentuk maksiat yang dilakukan kepada Allah. Muhasabah berikutnya yaitu terhadap kondisi alam yang manusia rusak dan persoalan tata kota.
"Tata letak dan tata kota itu menjadi perhatian kita. Karena Allah sudah memberikan hukum kausalitas di mana ada air yang tidak diberikan saluran maka air akan menjadi mampet dan banjir," jelasnya.
Hujan, papar Kiai Cholil, pada dasarnya adalah rahmat. Tetapi ketika manusia salah mengelolanya, maka akan menjadi azab atau siksa atau petaka bagi manusia itu sendiri.
Sejumlah warga korban banjir Rawajati mengungsi di Puskesmas Rawajati II, Jakarta, Rabu (1/1).
"Mari kita muhasabah, pertama muhasabah karena kita dosa kepada Allah, kedua muhasabah terhadap kelestarian alam kita, ketiga, berdoa kepada Allah bahwa Allah yang Maha Tahu, Maha Bijaksana, Allah mampu mengubah dengan Kekuasaan-Nya," ucap dia.
Cendekiawan Muslim Didin Hafidhuddin menyampaikan turunnya hujan merupakan salah satu bukti kekuasaan Allah sekaligus bukti rahmat dan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya. Selain sebagai rahmat, juga sebagai peringatan agar manusia semakin meningkatkan ketakwaan kepada Allah dan tidak bersikap takabur atau sombong.
Didin menyadari, hujan yang turun pada Rabu 1 Januari 2020 ini memang sangat deras sehingga menyebabkan banjir di beberapa daerah di Indonesia, terutama di wilayah Jabodetabek. Dia mengatakan, keadaan ini harus disikapi dengan bijak untuk membuktikan sebagai bangsa yang beriman, dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi dalam membantu sesama.
"Hujan merupakan rahmat sekaligus peringatan dari Allah SWT agar kita semua lebih mendekatkan diri kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya," kata dia.
Didin mengatakan, keadaan ini menjadi momentum bagi masyarakat yang terdampak banjir untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Yakni dengan kesabaran, ketabahan dan keuletan dalam menghadapi segala situasi dan kondisi termasuk banjir.
"Buktikan juga bahwa kita adalah bangsa yang terbiasa untuk menolong sesama yang sedang mengalami musibah dengan tenaga, pikiran, harta, maupun juga doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT," ucap dia.
Menurut Didin, musibah banjir harus dijadikan momentum untuk merekatkan kembali persaudaraan antar-anak bangsa. Caranya dengan saling tolong-menolong dan saling membantu satu dengan yang lain.
"Harus saling bahu membahu secara bersama-sama untuk menolong dan membantu meringankan beban saudara-saudara kita," ujarnya.
"Jangan dikembangkan kebiasaan berpikir negatif dan menyalahkan pihak tertentu atas terjadinya peristiwa yang terjadi ini. Marilah kita semuanya berdoa kepada Allah SWT agar saudara-saudara kita yang mendapatkan musibah kebanjiran ini diberikan kekuatan dan kesabaran," tutur Didin.
Anak-anak korban banjir bermain di tempat pengungsian Gelanggang Remaja Otista, Jakarta Timur,Rabu (1/1).
Potensi Hujan
Hari ini, BMKG memperkirakan khusus wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur berpotensi hujan petir pada siang jelang sore hari.
“Waspada potensi hujan disertai kilat/petir dan angin kencang di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan pada siang dan sore hari,” demikian peringatan dini dari petugas prakiraan cuaca (forecaster) BMKG.
Di pagi hari, seluruh wilayah DKI Jakarta diperkirakan berawan. Untuk siang hari, wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur diperkirakan hujan disertai petir pada siang jelang sore hari.
Wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat diperkirakan hujan lokal. Sementara wilayah Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu diperkirakan berawan.
Pada malam hari seluruh wilayah DKI Jakarta diperkirakan berawan, kecuali Kepulauan Seribu diperkirakan hujan lokal.
Hari ini juga, berdasarkan catatan pukul 05.00 WIB, sejumlah pintu air masih bertatus siaga satu dalam kategori Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta. Perkembangan tinggi muka air di sejumlah pintu air di antaranya Katulampa 40 sentimeter (gerimis) status siaga 4, Depok 160 sentimeter (mendung) siaga 4.
Lalu pintu air Manggarai 945 sentimeter (mendung) siaga 2. Kemudian pintu air Karet 680 sentimeter (mendung) siaga 1, Krukut Hulu 100 sentimeter (mendung) siaga 4, Pesanggrahan 125 sentimeter (mendung) siaga 4.
Angke Hulu 345 sentimeter (mendung) siaga 1, Waduk Pluit minus 10 sentimeter (mendung) siaga 3, Pasar Ikan 178 sentimeter (mendung) siaga 3. Selanjutnya pintu air Cipinang Hulu 125 sentimeter (mendung) siaga 4, Sunter Hulu 130 sentimeter (mendung) siaga 4, dan Pulo Gadung 600 sentimeter (mendung) siaga 3.