Kamis 02 Jan 2020 09:52 WIB

Kuartal IV 2019, Kuartal Manufaktur Terlemah Sejak 2015

Meski data Desember naik, PMI kuartal IV ke posisi 48,5, terlemah sejak 2015.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Manufaktur
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Manufaktur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari IHS Markit pada Desember berada pada posisi 49,5, naik dari posisi bulan sebelumnya, yaitu 48,2. Tapi, data bulan Desember mengantarkan rata-rata PMI kuartal keempat ke posisi 48,5, menunjukkan kuartal terlemah sejak 2015.

Dikutip dari rilis riset IHS Markit, Kamis (2/2), bulan Desember menjadi saksi penurunan lebih jauh kondisi manufaktur Indonesia, meskipun menjadi penurunan paling lambat selama lima bulan. Arus masuk keseluruhan bisnis baru naik untuk pertama kali sejak bulan Juli, yang terutama didorong oleh permintaan domestik karena permintaan ekspor baru turun pada bulan Desember. Kenaikan penjualan dibarengi dengan kenaikan pertama volume produksi dalam enam bulan meski tergolong marginal.

Sementara itu, perusahaan lebih optimistis, sebagaimana ditunjukkan oleh kepercayaan diri berbisnis yang naik ke posisi tertinggi dalam enam bulan. Indeks Output Masa Depan, tolok ukur sentimen untuk output pada tahun mendatang, tidak hanya terus naik, juga meningkat ke posisi tertinggi selama enam bulan.

Perusahaan mengharapkan ekspansi pasar terencana, efisiensi keuntungan, perbaikan kualitas, aktivitas pemasaran, dan kenaikan perkiraan penjualan mendorong pertumbuhan produksi. Tanda lebih lanjut dari kepercayaan bisnis yang lebih besar, perusahaan menaikkan aktivitas pembelian untuk pertama kalinya sejak Juni yang kemudian berkontribusi terhadap kenaikan inventaris input.

Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw mengatakan, indikator tersebut menjadi isyarat pergerakan yang positif. "Dengan output, permintaan baru, dan inventaris input kembali tumbuh menunjukkan bahwa masa pemulihan sudah dekat," tuturnya.

Tapi, Bernard mengatakan, harapan kenaikan kuat pada aktivitas pabrik harus ditahan dulu karena indikator survei lain. Termasuk penurunan penumpukan pekerjaan yang turun selama tiga bulan terturut-turut, menunjukkan bukti keluangan kapasitas lebih jauh yang kemudian menghambat perekrutan.

Selain itu, stok barang jadi menumpuk selama delapan bulan berturut-turut pada Desember. Ada bukti bahwa kelesuan permintaan dan penundaan pengiriman berperan terhadap kondisi tersebut. Sementara itu, tekanan kompetitif dan lemahnya penjualan mendorong perusahaan memberikan diskon atas barang mereka, mengurangi harga jual pada laju tercepat sejak 8,5 tahun lalu.

"Ini menunjukkan bahwa jalan menuju pemulihan masih menantang di tengah perlambatan global," kata Bernard.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement