REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Suku Dinas Kesehatan (Kasudinkes) Jakarta Timur Indra Setiawan mengatakan, para pengungsi korban banjir Cipinang Melayu mulai terserang penyakit pascabanjir. Mereka masih menghuni lokasi pengungsian Universitas Borobudur.
"Kasus terbanyak infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), lalu dermatitis kulit, dan masalah lambung," kata Indra saat ditemui di lokasi pengungsian yang berada di Universitas Borobudur, Jakarta, Kamis.
Menurut Indra, sejak Kamis pagi, pihaknya telah melakukan screening terhadap 926 jiwa. Hal itu ditempuh untuk mengidentifikasi pasien berisiko tinggi.
Indra mengatakan, berdasarkan data posko kesehatan, terdapat 265 kepala keluarga korban banjir Cipinang Melayu yang mengungsi di Universitas Borobudur. Total pengungsi laki-laki 467 jiwa, dan perempuannya 259 jiwa.
Teti (36 tahun) salah satu warga Rw 003, Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur yang mengungsi di Masjid Universitas Borobudur.
Sementara itu, Indra mengatakan ada sebanyak 51 lansia, 114 balita, dan delapan ibu hamil yang ditampung di lokasi pengungsian yang berada di Universitas Borobudur. Pihaknya masih berusaha memetakan pasien berisiko tinggi.
"Kalau memang ada penyakit berisiko tinggi yang perlu dipantau jadi kita tidak sulit memantaunya," kata dia.
Untuk persediaan obat, menurut Indra, pihaknya sudah menyiapkan segala keperluan untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi terkait kondisi kesehatan pengungsi.
"Kami lengkap dan Dinas Kesehatan punya cadangan untuk ini," imbuhnya.