REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- DT Peduli menyalurkan kerja sama program pendidikan untuk para pelajar dan mahasiwa Uighur yang menempuh pendidikan di Turki. Program yang dimulai awal 2020 ini, bekerja sama dengan Yayasan SimVakfi, sebuah yayasan yang didirikan para ulama Uighur di Turki.
Direktur Program DT Peduli Muhammad Ihsan mengatakan, program beasiswa ini sebagai dukungan para muzaki DT Peduli yang simpati dengan kondisi muslim Uighur. “Bantuan pendidikan ini penting agar generasi baru Uighur bisa menyelesaikan pendidikan dan kelak ambil bagian dalam menyelesaikan kondisi mereka untuk hidup lebih baik dan normal sebagaimana ummat muslim lain di seluruh dunia," kata Ihsan dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Kamis (2/1).
Sementara Wakil Ketua Yayasan Sim Vakfi, Umar Dzunnun menjelaskan, bantuan DT Peduli ini dikhususkan untuk pendidikan dan biaya hidup para pelajar dan mahasiwa Uighur di Turki. Karena, sejak mereka ke luar dari negeri asalnya, tidak bisa lagi kembali atau menghubungi keluarga mereka.
“Sejak lima tahun terakhir sampai hari ini, kondisi kami sangat sulit. Pelajar dan mahasiswa yang saat itu masih bisa keluar negeri sampai sekarang tidak bisa kembali lagi. Jadi kami hanya mampu bertahan di luar negeri sampai menunggu situasi membaik”, ungkap Umar Dzunnun yang juga salah satu anggota majelis ittihad ulama Turkistan Timur.
Menurut Umar, dari total etnis Uighur 30 juta lebih saat ini yang menetap di tanah kelahirannya kebanyakan para generasi tua. Sebagian kecil generasi mudanya menempuh pendidikan keluar negeri dengan kondisi tidak bisa kembali dan tidak memungkinkan menjalin komunikasi dengan keluarganya.
Dalam pertemuan dengan para mahasiswa penerima program beasiswa ini, mereka semua menyatakan keinginannya untuk kembali ke negeri asalnya dan membawa etnis Uighur bisa hidup dengan tenang serta nyaman dalam menjalankan agama Islam yang mereka anut.
Para mahasiswa juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat Indonesia yang sepenuh hati mendukung dan simpati pada kondisi muslim Uighur saat ini. “Kami melihat melalui sosial media, dan kami terharu seperti hati kami terhubung melihat masyarakat Indonesia memberi simpati pada kami”, ungkap Abdurahman mahasiswa yang sedang mengambil jurusan eginering di Fatih Sultan Mehmet University.