Kamis 02 Jan 2020 16:38 WIB

Pemkot Jakbar Siapkan 7.000 Nasi Bungkus untuk Korban Banjir

Enam kecamatan terdampak banjir akan mendapatkan bantuan nasi bungkus.

Rep: Mimi Kartika / Red: Ratna Puspita
Petugas mengatur laju kendaraan yang melintasi banjir di jalan tol lingkar dalam Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (2/1/2020).
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Petugas mengatur laju kendaraan yang melintasi banjir di jalan tol lingkar dalam Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (2/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Barat (Pemkot Jakbar) menyiapkan sekitar 7.000 sampai 8.000 nasi bungkus untuk korban terdampak banjir pada Kamis (2/1). Makanan ini dimasak di dapur umum Posko Banjir Induk di kantor Wali Kota Jakbar yang kemudian didistribusikan ke posko pengungsian di tiap kelurahan. 

"Kemarin kita menyediakan 5.000 bungkus. Hari ini kita menyiapkan 7.000-8.000 bungkus. Melihat dari kemarin pun 5.000 tidak cukup permintaan dari masyarakat korban bencana banjir," ujar Kepala Taruna Siaga Bencana (Tagana) Jakarta Barat Idris saat ditemui Republika di Jakarta, Kamis.

Baca Juga

Ia menuturkan, enam kecamatan terdampak banjir akan mendapatkan bantuan nasi bungkus sesuai data yang dikirimkan lurah dan camat. Kemudian perwakilan dari masing-masing kelurahan akan menjemput nasi bungkus di posko induk tersebut untuk segara dibagikan masyarakat.

Menurut Idris, enam dari delapan kecamatan di Jakarta Barat mengalami kebanjiran, sedangkan Kecamatan Tambora dan Taman Sari masih cukup kondusif. Akan tetapi, wilayah di enam kecamatan terjadi banjir dengan kedalaman rata-rata 50 sentimeter sampai 100 meter.

Ia pun tak menampik, jumlah nasi bungkus yang disediakan tak akan mencukupi para korban terdampak banjir. Sebab, tenaga yang ada di dapur umum itu hanya sekitar 30 orang, terdiri dari Tagana, Suku Dinas Sosial Jakbar, serta masyarakat umum juga dibantu Petugas Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU).

Bahkan, kata Idris, para pengungsi juga diminta memaklumi jika makanan tak datang tepat waktu saat makan siang dan makan malam di beberapa tempat. Selain itu, dapur umum juga terkendala keterbatasan bahan makanan karena pasar dan penjualnya pun ikut terdampak banjir.

"Terkendala dengan pasar, pembelian. Karena pasarnya juga yang jualnya mungkin enggak berjualan karena kebanjiran juga," kata Idris.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement