Kamis 02 Jan 2020 16:53 WIB

Gunung Anak Krakatau Masih Terjadi Gempa Tremor

Pengunjung masih dilarang mendekat radius dua kilometer dari Gunung Anak Krakatau.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Andi Nur Aminah
Warga mendayung sampan dengan latar belakang Gunung Anak Krakatau di Pelabuhan Pulau Sebesi, Lampung Selatan, Lampung.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warga mendayung sampan dengan latar belakang Gunung Anak Krakatau di Pelabuhan Pulau Sebesi, Lampung Selatan, Lampung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berada di perairan Selat Sunda saat ini masih terjadi gempa tremor. Meski aktivitas kegempaan menurun sejak akhir tahun lalu, namun status GAK masih level II (Waspada). Pengunjung masih dilarang mendekat radius dua kilometer.

 

Baca Juga

“Saat ini aktivitas erupsi menurun. Namun gempa tremor masih terjadi,” kata Andi Suardi, kepala Pos Pemantau GAK di Desa Hargo Pancuran, Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, kepada Republika.co.id, Kamis (2/1).

 

Ia mengakui beberapa hari terakhir GAK terjadi erupsi, seperti yang dilansir Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sejak Ahad, 29 Desember 2019. Namun, sejak awal Januari 2020, ujar dia, terjadi penurunan erupsi (letusan) dan kegempaan.

 

Menurut dia, aktivitas kegempaan GAK masih terjadi dengan intensitas yang fluktuatif. Penurunan terlihat sejak akhir tahun 2019 hingga awal tahun 2020. Sebelumnya, terjadi letusan sebanyak 18 kali, namun sekarang hanya sembilan kali letusan.

 

Kegiatan Pos Pemantauan GAK di Rajabasa, Lampung Selatan terganggu dengan cuaca mendung dan kabut. Selain itu, sering terjadi turun hujan dan cuaca mendung. Kondisi GAK masih terlihat meski tertutup kabut. Ketinggian kolom puncak kawah GAK pada letusan sebanyak delapan kali mencapai 50 meter.

 

Pada akhir tahun lalu, kondisi kawah GAK terpantau berwarna putih kelabu. Ketinggian kolom letusan berkisar 200 hingga 2.000 meter dari puncak kawah. Aktivitas letusan mencapai 18 kali, dengan amplitudo: 41-55 mm, dan durasi: 36-3770 detik. Sedangkan kegempaan Tremor Harmonik sebanyak 1 kali dengan amplitudo: 27 mm, dan durasi: 62 detik disertai Tremor Menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 3-55 mm (dominan 25 mm).

 

Andi Suardi mengatakan, pengunjung di antaranya nelayan, warga, wisatawan masih tetap dilarang mendekat GAK dalam jarak radius dua kilometer. Kondisi tersebut dikarenakan wilayah sekitar GAK masih berbahaya bagi manusia, terkait dengan material yang dikeluarkan GAK.

Hingga kini GAK masih berstatus level II atau Waspada. Belum ada penurunan status sejak GAK mengalami keruntuhan dan menimbulkan gelombang tsunami di Selat Sunda pada 22 Desember 2018.

 

Pada musim liburan akhir tahun, pengunjung di GAK dan pulau-pulau terdekat GAK juga mengalami penurunan drastis. Hal tersebut, terjadi setelah gelombang tsunami Selat Sunda yang menghantam pesisir Selatan Lampung dan Banten.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement