Jumat 03 Jan 2020 06:15 WIB

Kisah Hendy Terjang Banjir demi Tolong Warga Lansia

Hendy rela menyelam dan berenang untuk menolong warga kompleks Ciledug.

Warga berjalan melewati banjir di Perumahan Ciledug Indah, Tangerang, Banten, Kamis (2/1/2020).
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warga berjalan melewati banjir di Perumahan Ciledug Indah, Tangerang, Banten, Kamis (2/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Sejumlah pemuda kompleks Perumahan Wisma Tajur di Pondok Kacang, Ciledug, Kota Tangerang rela menyelam dan berenang untuk menolong warga permukiman yang sudah lansia agar dapat bertahan pada kondisi banjir.

Salah satu anak muda yang juga warga Wisma Tajur adalah Hendy Yudhistira. Dia rela melompat dari lantai dua rumahnya dan menerjunkan diri ke air banjir untuk mengambil tangga sebagai alat evakuasi saat air sudah mencapai 2,5 meter pada Rabu (1/1).

Hendy melompat dan menyelam ke dalam air banjir sedalam 2,5 meter untuk mengambil tangga yang berada di dasar air. Kompleks Perumahan Wisma Tajur memang berada dekat dengan aliran Kali Angke. Tanggul Kali Angke yang jebol akibat debit air berlebih membuat air sungai meluap dan membanjiri permukiman sekitar hingga mencapai ketinggian 2,5 meter.

Hujan yang tidak kunjung reda sejak sore pada hari terakhir 2019 hingga pagi hari di awal tahun 2020 sempat membuat genangan banjir di jalan kompleks Wisma Tajur. Banjir. Banjir bisa teratasi karena ada sejumlah warga yang memiliki pompa air dan mengalihkannya ke Kali Angke.

Hendy sengaja memindahkan mobilnya ke depan perumahan yang lokasinya lebih tinggi. Dia terkejut ketika kembali air sudah setinggi pinggangnya. "Padahal nggak sampai 15 menit," katanya.

Dia langsung bergegas membawa orang tua, keluarganya, dan tetangga yang tidak memiliki rumah tingkat untuk evakuasi ke lantai atas rumahnya. Tidak berapa lama air sudah setinggi atap rumah berlantai satu.

Sejak siang hingga malam hari tidak ada bantuan yang datang untuk evakuasi atau membawa logistik bantuan bagi korban banjir yang masih menetap di lantai atas rumahnya. Hendy sempat melihat petugas yang melintas menggunakan perahu karet.

Dia pun meneriaki mereka untuk meminta bantuan. Namun, petugas di perahu karet tersebut terus melintas tanpa menghampiri.

"Padahal, ada ibu hamil sama orang sakit di gang ini," kata Hendy.

Hingga akhirnya pada malam hari datang bantuan perahu karet besar dari Universitas Bina Nusantara (Binus) untuk evakuasi ibu hamil dan orang sakit menggunakan tangga yang diambil Hendy dengan menyelam. Kebetulan tetangga Hendy ada yang bekerja di Universitas Binus.

Bantuan tersebut juga membawakan makanan untuk penduduk sekitar yang masih bertahan dan membawakan perahu karet kecil yang dibeli secara mandiri. "Ini kan kompleks, rata-rata pemiliknya di atas 50-60 tahun," kata Hendy.

Ia bercerita alasan penduduk setempat belum mengungsi. Selain tidak adanya evakuasi dari petugas, juga khawatir adanya pencuri yang memanfaatkan kondisi banjir.

Pada saat banjir besar pada 2007 juga terjadi pencurian di komplek Wisma Tajur saat ditinggal penghuninya mengungsi. Hendy yang juga merupakan PNS di Kementerian Kesehatan dan biasa bekerja bersama wartawan sebagai humas di Kemenkes memiliki akses ke pejabat BPBD setempat.

Dia berusaha menghubungi Kepala BPBD Tangerang melalui Whatsapp untuk meminta bantuan. Namun, usahanya sia-sia karena pesan Hendy dibaca saja tanpa ada respons hingga Kamis pagi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement