REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyerukan bangsanya untuk tiga hari berkabung nasional, Jumat (3/1). Ia juga mengatakan bahwa pembunuhan Mayor Jenderal Qasem Soleimani akan menggandakan motivasi perlawanan terhadap Amerika Serikat (AS) dan Israel.
Menurut TV Pemerintah Iran yang dilansir Aljazirah, Khamenei mengatakan, akan balas dendam yang keras menunggu 'penjahat' yang membunuh Soleimani. Khamenei memuji kemartiran Soleimani dalam cicitan Twitter resminya.
"Dengan dia pergi, insya Allah, pekerjaannya dan jalannya tidak akan dihentikan, tetapi balas dendam yang hebat menunggu para penjahat yang mengaliri darah mereka dengan darah dan para martir lainnya dalam insiden semalam," ujar Khamenei seperti dikutip India Today, Jumat (3/1).
"Semua musuh harus tahu bahwa jihad perlawanan akan berlanjut dengan motivasi berlipat ganda dan kemenangan yang pasti menunggu para pejuang dalam perang suci," kata Khamenei dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh TV pemerintah.
Soleimani terbunuh dalam serangan udara AS di Baghdad. Gedung Putih mengatakan, Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan udara yang menewaskan Soleimani.
Soleimani adalah komandan Pasukan Quds, sayap eksternal dari Pengawal Revolusi Iran (IRGC) yang ditunjuk oleh pemerintahan Trump sebagai organisasi teroris pada April tahun lalu. Pernyataan Pentagon yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu menuduh Pasukan Quds bertanggung jawab atas kematian ratusan anggota layanan AS dan melukai ribuan lainnya.
Banyak yang menganggap Soleimani sebagai orang kedua yang paling kuat di Iran, di belakang Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamanei. Dia memiliki campuran operasi keamanan dan paksaan diplomatik sehingga memiliki pengaruh Iran di wilayah tersebut.