REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inflasi sepanjang 2019 disebut sebagai yang terendah selama 10 tahun terakhir yaitu sebesar 2,72 persen. Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menjelaskan rendahnya inflasi 2019 disebabkan seimbangnya permintaan dan kapasitas produksi.
"Permintaan memang naik tapi kapasitas produksi kita itu masih memenuhi sehingga produsen itu masih bisa memenuhi permintaan, tekanan harga dari sisi permintaan pun sangat rendah," kata Perry, Jumat (3/1).
Selain itu, koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga sangat baik. Sehingga kepastian ketersediaan pasokan pangan dan keterjangkauan harga pun terjamin.
Menurut Perry, jampir seluruh komponen bahan makanan mengalami inflasi rendah bahkan mengalami deflasi. Contohnya saja komoditas bawang merah. Meskipun cabai mengalami inflasi, kenaikannya tidak signifikan.
Di samping keseimbangan permintaan dan produksi, Perry menambahkan, inflasi yang rendah pada 2019 lalu juga dipengaruhi faktor nilai tukar rupiah yang stabil, bahkan cenderung apresiasi. "Karena nilai tukar terkendali membuat barang-barang di dalam negeri atau yang diimport itu rendah," terang Perry.
Terakhir, rendahnya inflasi disebabkan terjaganya ekspektasi harga-harga ke depan. Menurut Perry, survei harga konsumen dan juga perkirakaan inflasi dari para ekonom turut mempengaruhi harga di tingkat produsen dan konsumen terjaga rendah.