REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kedutaan Besar Prancis di Teheran, Iran mengimbau warganya yang tengah berada di negara tersebut untuk menjauh dari pertemuan publik. Hal itu diumumkan setelah tewasnya Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani akibat serangan udara Amerika Serikat (AS) di Bandara Internasional Baghdad, Irak pada Jumat (3/1).
"Tiga hari berkabung telah diumumkan setelah kematian Jenderal Soleimani. Dalam konteks ini, kami menyarankan warga Prancis untuk menjauh dari pertemuan dan bersikap bijaksana serta berhati-hati dan tidak mengambil gambar di ruang publik," kata Kedutaan Besar Prancis di Teheran dalam sebuah pernyataan.
Pada Jumat pagi, sebuah rudal menghantam Bandara Internasional Baghdad. Serangan itu membidik konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki hubungan dekat dengan Iran.
Beberapa jam pascaperistiwa itu, Garda Revolusi Iran mengumumkan bahwa Soleimani tewas dalam serangan di Bandara Internasional Baghdad. Wakilnya, Abu Mahdi al-Muhandis turut kehilangan nyawa.
Sebagai komandan Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, Soleimani telah bertahun-tahun dipandang sebagai arsitek yang berperan menyebarkan pengaruh Iran di Timur Tengah. Dia berperan dalam membawa negaranya bersekutu dengan Pemerintah Suriah.
Soleimani juga tokoh yang disebut berhasrat melancarkan serangan roket ke Israel. Hal itu menjadikan dia sebagai salah satu target paling dicari dan diincar Israel, termasuk AS.
Selama ini AS memang membidik Pasukan Quds. Washington bahkan telah melabelinya sebagai organisasi teroris. AS mengklaim bahwa Pasukan Quds bertanggung jawab kematian ratusan pasukannya di Irak dan kawasan.
AS menuding Pasukan Quds terus membidik para diplomatnya di kawasan Timur Tengah. Hal tersebut menjadi dalih Washington melancarkan serangan udara ke Bandara Internasional Baghdad.