REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah Dasar Negeri (SDN) 07 Rawajati, Jakarta Selatan, pernah menjadi posko menampung pengungsi sampai satu bulan. Khususnya saat bencana banjir lima tahunan pada 2007 dan 2012.
"Saat itu banjirnya memang cukup parah, warga cerita ke saya mereka mengungsi di sini sampai sebulan. Kegiatan belajar mengajar saat itu tetap jalan juga, tetapi sebagian besar murid waktu itu juga jadi korban banjir. Jadi ya sempat diliburkan juga," kata Wakil Kepala SDN 07 Rawajati, Heri Setiawan, saat ditemui di sekolah, Jumat (3/1).
Sebelum banjir pada awal 2020, SDN 07 Rawajati juga pernah menampung pengungsi banjir selama satu minggu pada 2015. "Saat itu saya bertugas di sini, pintu kelas saya buka agar mereka bisa berteduh di tempat yang aman," terang Heri.
Dari pengalaman itu, menurut Heri, sekolah perlu membuka pintu buat pengungsi, meskipun kegiatan belajar mengajar juga tetap jadi prioritas. Oleh karena itu, ia memastikan SDN 07 akan tetap menyediakan dua ruang kelas untuk pengungsi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung pada Senin (6/1) pekan depan.
"Apabila banjir dan lumpur masih merendam pemukiman, sekolah terbuka buat para pengungsi. Namun, jika sudah surut, instruksinya dari suku dinas, warga diharapkan memindahkan barang-barang pada Minggu (5/1)," tambah Heri.
Sejak Rabu (1/1), tujuh kelas di SDN 07 Rawajati dibuka untuk para pengungsi beristirahat dan menempatkan barang seperti perabotan dan peralatan elektronik. Di samping ruang kelas, air bersih dan listrik juga tersedia untuk para pengungsi banjir yang sebagian besar tinggal di bantaran Kali Ciliwung.
Rawajati merupakan satu dari puluhan kelurahan di Jakarta yang terdampak banjir akibat luapan kali dan hujan deras pada malam pergantian tahun 2020 (31/12) sampai 1 Januari. Air setinggi 1,5-4 meter sempat merendam pemukiman di beberapa areal rukun warga, Kelurahan Rawajati, selama dua hari sehingga memaksa ratusan warga di sana mengungsi ke dataran lebih tinggi.