Sabtu 04 Jan 2020 05:40 WIB

Gubernur BI Sebut Rupiah Termasuk yang Terbaik di Asia

Rupiah menguat pada penutupan perdagangan tahun 2019 lalu.

Mata uang Rupiah.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Mata uang Rupiah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menguat pada penutupan 2019 sebesar Rp 13.880 per dolar AS. Hla tersebut menjadikan rupiah sebagai salah satu mata uang yang terbaik di Asia.

“Itu merupakan nilai tukar yang terbaik kalau di Asia tentu saja di bawah Thailand tapi hampir sama dengan Filipina,” katanya di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (3/1).

Baca Juga

Perry mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah yang menguat tersebut mendapat apresiasi sebesar 2,68 persen sehingga mengindikasikan adanya stabilitas eksternal. “Stabilitas eksternal terlihat dalam pergerakan nilai tukar rupiah kita sepanjang 2019. Itu mengalami apresiasi cukup besar,” ujarnya.

Di sisi lain, hari ini BI menargetkan kurs tengah rupiah di angka Rp 13.899 per dolar AS yang artinya rupiah melemah tipis empat poin atau 0,02 persen dari posisi Rp 13.895 di hari sebelumnya. Sementara untuk kurs jual rupiah hari ini ditetapkan di angka Rp 13.968 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di posisi Rp 13.829 per dolar AS.

Perry melanjutkan, stabilitas eksternal Indonesia juga bisa dilihat dari banyaknya aliran modal asing yang masuk sepanjang 2019 yaitu sebesar Rp 224,2 triliun. Ia merinci aliran modal asing itu terdiri dari obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) Rp 168,6 triliun, pasar saham Rp5 0 triliun, obligasi koorporasi Rp 3 triliun, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Rp 2,6 triliun.

Tak hanya itu, ia menyebutkan indikator Credit Default Swap (CDS) yang berada di angka 60,6 bps juga merupakan level terendah dalam lima tahun terakhir.

Selanjutnya, laju inflasi Indonesia pada 2019 yang menyentuh angka 2,72 persen (year on year/yoy) merupakan paling rendah sepanjang 20 tahun terakhir sebab ketika 1999 inflasi berada di sekitar 1,9 persen.

“Ini adalah terendah selama 20 tahun terakhir bahkan lebih rendah dari perkiraan BI. Inflasi pada 1999 setelah krisis Asia, krisis Indonesia yang waktu itu kurang lebih 1,9 persen,” katanya.

Sementara itu, untuk cadangan devisa pihaknya memperkirakan akan lebih tinggi dari data sementara saat ini yaitu 127 miliar dolar AS sehingga mengindikasikan NPI kuartal IV 2019 akan mengalami surplus. “Insya Allah minggu depan akan kita umumkan tapi data sementara cadev kita akan lebih tinggi dari 127 miliar dolar AS,” ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement