Jumat 03 Jan 2020 22:48 WIB

Jalan Kaki 150 Kilometer Demi Kampanye Perubahan Iklim

Kampanye perubahan iklim dilakukan Komunitas pejalan kaki di Uganda.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Komunitas pejalan kaki di Uganda melakukan aksi penanaman pohon di distrik Kamuli Timur sebagai bagian dari kampanye krisis iklim di Uganda. Mereka berjalan kaki dari Ibu Kota Uganda, Kampala dan harus menempuh sekitar 150 kilometer untuk sampai ke Kamuli (Ilustrasi orang jalan kaki)
Foto: Needpix
Komunitas pejalan kaki di Uganda melakukan aksi penanaman pohon di distrik Kamuli Timur sebagai bagian dari kampanye krisis iklim di Uganda. Mereka berjalan kaki dari Ibu Kota Uganda, Kampala dan harus menempuh sekitar 150 kilometer untuk sampai ke Kamuli (Ilustrasi orang jalan kaki)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas pejalan kaki di Uganda melakukan aksi penanaman pohon di distrik Kamuli Timur sebagai bagian dari kampanye krisis iklim di Uganda. Mereka berjalan kaki dari Ibu Kota Uganda, Kampala dan harus menempuh sekitar 150 kilometer untuk sampai ke Kamuli.

Anggota komunitas, Geoffrey Ayeni (41 tahun) menjelaskan, dengan berjalan kaki komunitasnya bisa lebih menjangkau dan mengedukasi masyarakat yang ditemui di sekolah, pasar, pabrik maupun di pinggir jalan.

Baca Juga

“Bagi kami, berjalan bukan hanya bentuk latihan fisik. Tapi itu menjadi alat yang kami gunakan untuk mengadvokasi masyarakat dalam melawan perubahan iklim,” kata Ayeni, dilansir Reuters, Jumat (3/2).

Pada 2017, komunitas itu memutuskan untuk menambah aktivisme iklim ke dalam visi-misinya. Langkah itu dilakukan setelah terjadi beberapa bencana di Uganda, antara lain banjir yang mengharuskan 30 ribu penduduk di Timur Uganda mengungsi juga bencana longsor di wilayah Gunung Elgon.

Pada Maret 2016, Uganda juga telah mencatat suhu panas tertinggi mendekati 38 derajat celcius dalam beberapa dekade terakhir. "Aku tidak bisa hanya duduk dan menonton," kata Ayeni.

Ayeni memulai kampanye dengan berjalan hampir 320 kilometer sendirian dari Kampala ke Kapchorwa di Uganda Timur, untuk mengajak masyarakat lebih aware akan krisis iklim. Sepanjang jalan, dia juga mengirimkan petisi kepada pemerintah daerah untuk lebih serius dalam menata lingkungan.

“Saya merasa seolah itu adalah kewajiban moral kita untuk bergerak dan memberi tahu orang-orang tentang perubahan iklim, serta mendorong mereka untuk menerapkan praktik-praktik sehat seperti penanaman pohon,” kata Ayeni.

Perubahan iklim berdampak pada perubahan cuaca yang lebih ekstrem dan naiknya permukaan laut. Pada bulan Juli, para ilmuwan di Crowther Lab yang berbasis di Swiss mengatakan cara terbaik untuk mengendalikan perubahan iklim adalah dengan menanam kembali pohon

Di Afrika Timur, masyarakat sudah mengalami efek buruk dari pemanasan bumi, dengan cuaca yang tidak menentu dan ekstrem menjadi umum. Deforestasi menambah bahaya, karena kehilangan pohon mengganggu siklus curah hujan lokal dan lereng menjadi tidak stabil.

Dalam 25 tahun terakhir, Uganda telah kehilangan rata-rata 122.000 hektar hutan setiap tahun karena penebangan pohon skala besar untuk kayu dan pembakaran arang.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement