Jumat 03 Jan 2020 23:30 WIB

677 KK Korban Banjir di Lebak Masih Bertahan di Pengungsian

Masyarakat korban banji bandang Lebak masih bertahan di tujuh posko pengungsian.

Sejumlah rumah warga rusak berat diterjang banjir bandang yang melewati Sungai Ciberang di Kampung Lebak Gedong, Cipanas, Lebak, Banten, Kamis (2/1/2020).
Foto: Antara/Weli Ayu Rejeki
Sejumlah rumah warga rusak berat diterjang banjir bandang yang melewati Sungai Ciberang di Kampung Lebak Gedong, Cipanas, Lebak, Banten, Kamis (2/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sebanyak 677 kepala keluarga atau 2.000 jiwa korban banjir bandang yang menerjang perkampungan di enam kecamatan di Kabupaten Lebak, Banten, hingga kini masih bertahan di posko pengungsian.

"Warga korban bencana itu belum kembali ke rumah," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Kaprawi saat dihubungi di Lebak, Jumat (3/1).

Masyarakat korban bencana banjir itu masih bertahan di tujuh posko pengungsian, antara lain Posko Pengungsian Gedung PGRI Kecamatan Sajira sebanyak 50 KK, Posko Pengungsian Nangela Desa Calungbungur Kecamatan Sajira dan Posko Pengungsian Desa Tambak Kecamatan Cimarga 31 KK.

Posko Pengungsian Kantor Kecamatan Cipanas 100 KK, Posko Pengungsian Kecamatan Curugbitung 150 KK dan Posko Pengungsian Gedung Serba Guna Kecamatan Lebak Gedong 100 KK.

Masyarakat masih bertahan di posko pengungsian karena sebagian besar kondisi rumah mereka rusak berat hingga rata dengan tanah setelah diterjang banjir bandang.

Kemungkinan besar para pengungsi itu berlangsung lama jika mereka tidak memiliki tempat kediaman.

Para korban banjir itu tersebar di enam kecamatan antara lain Kecamatan Lebak Gedong, Cipanas, Sajira, Curug Bitung, Maja dan Cimarga.

Kebanyakan para korban banjir bandang karena lokasi perkampungan warga berada di tepi bantaran aliran Sungai Ciberang.

"Kami yakin pemerintah daerah akan memperhatikan warga yang rumahnya rusak untuk dibangun kembali," katanya.

Menurut dia, saat ini, para korban banjir bandang yang tinggal di pengungsian menerima bantuan logistik berupa beras, minyak, gula, mie instan, makanan siap saji, makanan camilan, pakaian, selimut dan susu bayi.

BPBD memfokuskan pendistribusian logistik agar tidak menimbulkan korban jiwa.

Selain itu juga pihaknya mengapresiasi kepeduilian berbagai instansi pemerintah, BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta, Media, Asosiasi hingga masyarakat menyalurkan bantuan aneka makanan, selimut, pakaian dan lainnya.

Penyaluran bantuan itu, kata dia, sangat membantu masyarakat yang dilanda bencana alam.

Sebab, mereka tidak mampu menyelamatkan barang-barang miliknya akibat banjir bandang itu.

"Semua warga yang tinggal di pengungsian itu selalu sehat dan nanti bisa kembali ke rumah masing-masing jika kondisi rumahnya tidak mengalami kerusakan. Tetapi, jika rusak berat mendapat bantuan pembangunan," katanya.

Ia menyebutkan banjir bandang membuat 1.060 rumah berat, 428 rumah rusak ringan dan 1.226 unit rumah terendam serta tiga warga dilaporkan meninggal.

Ketiga warga yang meninggal dunia itu atas nama Uding, Rizki dan Arsad warga Kecamatan Lebak Gedong akibat terseret banjir bandang.

Warga korban bencana alam masih bertahan di pengungsian karena cuaca ekstrem masih berpeluang terjadi yang disertai hujan lebat.

"Kami yakin jumlah pengungsi bisa kembali bertambah, karena di lokasi tertentu terisolir akibat putusnya jembatan dan longsor," katanya.

Sejumlah warga di Posko Pengungsian Gedung PGRI Kecamatan Sajira mengaku bahwa perkampungan di wilayahnya habis terendam banjir bandang dan dipastikan rumah mengalami kerusakan berat juga rata dengan tanah.

"Kami merasa bingung dan harus pergi kemana jika belum bisa membangun rumah. Kami berharap bisa bertahan tinggal di pengungsian," kata Husin, seorang pengungsi warga Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement