Sabtu 04 Jan 2020 09:15 WIB

Perjuangan Pasukan Orange di Tengah Bencana Banjir

Dalam kondisi banjir, pasukan oranye bisa bekerja 24 jam.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Pasukan oranye yang sedang bertugas di tengah banjir, Jumat (3/1).
Foto: Ali Yusuf/Republika
Pasukan oranye yang sedang bertugas di tengah banjir, Jumat (3/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU) bergegas menyandarkan perahu karet saat rombongan Gubernur tiba di Teluk Gong Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (3/1) setelah lepas Ashar. Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau lokasi banjir teparah di utara.

Petugas yang dijuluki pasukan oranye ini juga terlihat sigap mengingatkan rombongan untuk memperhatikan langkahnya saat menaiki perahu agar tidak terpeleset. "Ayoo pak! hati-hati licin," kata Teguh Imam Subarkah (28 tahun) petugas PPSU Kelurahan Pejagalan mengingatkan langkah kami saat menaiki perahu.

Baca Juga

Teguh dibantu tiga temannya bernama Sugiarto (39), Jajat Sudrajat (39) Kurniadi (26) bertugas menarik perahu karet yang membawa Kepala BPBD DKI Subejo bersama empat staf Balai Kota. Saya dan dua wartawan lainnya diajak naik karena perahu masih muat ditumpangi.

"Ayo tiga lagi. Perahunya muat untuk tujuh orang. Hati-hati langkahnya licin," kata Teguh mengingatian kami yang naik paling akhir menyusul perahu karet yang ditumpangi Gubernur DKI Anies Basewedan yang telah maju duluan berangkat menyusuri perumahan yang telah terendam air sejak pembukan awal tahun.

Tiga perahu karet yang digunakan rombongan ini tak bermesin. Perahu yang ditumpangi Anies digerakan oleh  anggota TNI, dibantu pasukan orange. Sementara perahu yang kami tumpangi digerakan oleh teguh dan kawan-kawan. Satu perahu lagi khusus logistik didorong tujuh anggota TNI.

Semua petugas PPSU dan anggota TNI nyebur di ketinggian air yang masih sedada mereka. Sementara semua rombongan gubernur naik di atas perahu aman tanpa basah sama sekali.

"Iya beginilah kami sejak pertama kali banjir berendam bolak balik ngasih makanan ke warga yang bertahan di rumahnya," kata Teguh.

Teguh pun mengingatkan kami untuk pegangan ke badan perahu, karena perahu karet warna orange ini akan jalan dengan cara ditarik.  "Ayoo siap ya? Berangkat,"kata Teguh sambil menarik perahu yang kami tumpangi.

Di perahu yang kami tumpangi ini Teguh sebagai nahkoda yang kemudinya seutas tali yang telah nyantol di bagian dapan. Sementar Jajat memegangi perahu di sayap kanan, Sugiarto sayap kiri dan Kurniadi mendorong perahu dibagian belakang.

Mereka bekerjasama mengendalikan laju perahu karet ini agar tidak jomplang selama menyusuri perkampungan di teluk Gong Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. "Guh tarik ke sebelah kanam di samping gue ada cobomberan," pinta Sugiarto kepada Teguh.

"Ok sori-sori gue tarik lebih kencang lagi ya" kata Tegug. Sugiarto begitu paham betul jalan-jalan di tempat ini meski sudah tak terlihat karena terendam air. "Pasti tahu sehari-hari ngurusin comberan di sini pak," kata Sugiarto.

Selama banjir pasukan orange dibantu anggota TNI tanpa lelah terus menyuplai makanan kepada warga Teluk Gong yang menjadi korban banjir. Pada kondisi seperti ini merekalah pahlawan sesungguhnya karena harus berendam berjam-jam di air banjir menyebarkan makanan.

"Sejak pertama banjir ya seperti ini harus nyebur bagiin makanan," katanya.

Teguh menceritakan saat ini (Jumat sore) volume air sudah menyusut 30 persen sehingga kedalamannya belum seberapa dibandingkan awal-awal banjir petugas harus nyebur yang tinggi airnya sampai di atas dada. Saat ini air sudah di bawah dadanya.

"Ini sudah mendingan. Pertama-tama banjir air sampai segini," kata Teguh sambil menujukan lehernya.

Pria dengan tinggi 175 sentimeter ini mengaku, belum merasakan sakit, meski sudah tiga hari dia dan teman-temanya naik dan turun ke dalam air banjir yang kotor untuk melakukan evakuasi dan membagikan makanan kepada warga yang tak mau dievakuasi.

"Belum Alhamdulillah. Doakan aja mudah sehat. Kalau bukan kita siapa lagi yang mau nyebur," katanyan.

Menurut Jajat Sudrajat air banjir ini belum seberapa kotornya di bandingkan dengan air yang sehari-hari temui di comberan dan gorong-gorong. "Inimah air enak pak. Sehari-hari kita nyemplung di air kotornya 10 kali lipat dari ini," katanya.

Jajat mengaku sudah terbiasa bekerja di tempat-tempat yang tak steril. Sehingga pasukan itu tak risih saat nyebur ke dalam air banjir yang di atasnya bemacam sampah mulai dari plastik, potongan kayu, bahkan bangkai hewan pengerat dan peliharaan ngambang karena tak sempat terselamatkan dari derasnya air masuk wilayah itu begitu cepat.

Teguh mengatakan, Kelurahan Pejagalan memiliki 124 pasukan oranye. Semua diterjunkan untuk dapat membantu korban banjir terutama menyuplai makanan kepada warga yang memilih tetap bertahan di rumahnya. Sebenarnya kata Teguh setiap pasukan orange memiliki pembagian waktu dalam bekerja

"Namun, pada saat situasi seperti ini kita gak ada shift-shift kerja hampir 24 jam," katanya.

Selama menyusir wilayah itu masih banyak warga mengeluhkan pambagian bantuan yang tidak merata. Dan pasukan oranye lah yang menjadi sasaran amarah warga yang belum menerima bantun.

"Woy ke sini woy gang ini belum menerima bantuan dari pagi. Jangan rumah-rumah yang besar mulu dikasih," kata warga di Jl B6 Teluk Gong VII itu.

Keluhan belum menerima bantuan juga dirasakan warga di Jl betok, dan Jl Lundu. Di lantai atas mereka beteriak minta bantuan. "Woy bantuan mana lewat doang," katanya.

Beragam ekpresi warga saat Gubenur Anies meninjau lokasi ini. Ada yang antusias menyambut kedatangan Anies. Warga dari lantai atas melambai-lambai menyapa Anies dan warga yang ada di lantai dasar berebutan salaman,selfie dan memaksa ngajak Anies nyebur.

Di antara antusiasme sebagian warga terhadap kedatangan Anies ada juga warga biasa-biasa saja ekpresinya datar. Penyebabnya mungkin mereka belum menerima bantuan.

"Ah lewat doang. Ke sini dong bantuannya," katanya. Lagi pasukan oranyelah yang menjadi sasaran protes warga.

Meski demikian, Anies memuji ketangguhan pasukan orange yang rela bekerja 24 jam. Sehingga pada setiap kesempatan mengunjungi wilayah-wilayah banjir Anies selalu minta warga agar mendoakan keselamatan dan kesehatan mereka.

Merekalah petugas PPSU yang nanti akan membersihkan sisa-sisa banjir seperti lumpur, sampah dan lainnya. Pekerjaan ini tidak mudah dikerjakan oleh orang yang tidak biasa.

"Mereka bekerja tanpa minta dipuji, mereka meninggalkan keluarganya, di saat kita tertidur mereka tidak tidur, di saat kita menonton dari jauh mereka bekerja dari dekat. Itulah petugas-petugas PPSU," katanya.

Untuk itu Anies meminta kepada warga menghargai mereka. Karena merekalah pahlawan sebenarnya yang tak terlihat. Anies berharap mereka tetap diberikan keiklasan.

"Kalau ketemu sapa mereka, ucapkan terimakasih karena sapa itu telah memberikan penghargaan tersendiri," katanya.

Anies mengaku wilayah Teluk Gong Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara ini memang medan teberat dalam memberikan bantuan, karena genangan air masih cukup tinggi. Meski demikian Anies memastikan bantuan akan sampai diberikan secara bertahap.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement