REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan pembunuhan Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani oleh Amerika Serikat (AS) melanggar norma-norma hukum internasional. Hal itu dia sampaikan saat melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Jumat (3/1).
"Lavrov menekankan bahwa tindakan sengaja dari negara anggota PBB untuk melenyapkan pejabat negara anggota PBB lainnya, terutama di wilayah negara berdaulat ketiga tanpa memberikan pemberitahuan sebelumnya, secara terang-terangan melanggar prinsip hukum internasional dan harus dikutuk," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam keterangan persnya, seperti dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Menurut Lavrov, tindakan AS penuh konsekuensi serius bagi perdamaian dan keamanan di kawasan serta tak membantu upaya menemukan solusi bagi permasalahan-permasalahan di Timur Tengah. "Sebaliknya, tindakan AS mengarah ke gelombang eskalasi baru. Moskow mendesak Washington untuk meninggalkan taktik paksa yang melanggar hukum untuk mencapai tujuannya di arena internasional dan menyelesaikan masalah di meja perundingan," ujarnya.
Soleimani tewas saat AS melancarkan serangan udara ke Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada Jumat pagi. Washington membidik konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki hubungan dekat dengan Iran. Itu merupakan serangan besar pertama AS terhadap kelompok yang terafiliasi atau terkait dengan Iran sejak menarik pasukannya dari Irak pada 2011. Perintah untuk mengeksekusi tindakan tersebut datang langsung dari Presiden AS Donald Trump.
Dia menyebut Soleimani telah merencanakan serangan yang mengancam para diplomat dan personel militer AS di Irak serta kawasan sekitarnya. "Tapi kami menyergapnya dalam serangan dan menghentikannya," ujarnya.
Trump menampik bahwa AS sedang berupaya memulai peperangan. "Kami mengambil tindakan semalam untuk menghentikan perang. Kami tidak mengambil tindakan untuk memulai perang," kata dia seraya menambahkan bahwa AS tak mencari perubahan rezim di Iran.
"Militer AS melakukan serangan presisi tanpa cacat yang menewaskan teroris nomor satu di mana saja di dunia, Qassem Soleimani. Apa yang dilakukan AS kemarin seharusnya sudah dilakukan sejak lama. Banyak nyawa akan diselamatkan," kata Trump di resornya di Florida
Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.
Soleimani disebut sebagai "otak" pembentukan paramiliter yang membidik Israel dan kepentingan AS di seluruh Timur Tengah. Munculnya kelompok Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman diyakini berkat peranan Soleimani.
Dia sangat dipuja di Iran. Soleimani dianggap tokoh terkuat setelah pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Kendati demikian, kesetiaan dan loyalitasnya terhadap Khamenei tak pernah diragukan.
Khamenei telah mengutuk serangan AS yang menewaskan Soleimani. Dia menyatakan akan mengambil aksi balasan.