Ahad 05 Jan 2020 03:16 WIB

Menlu Qatar dan Iran Bahas Pembunuhan Qasem Soleimani

Qatar dan Iran mencemaskan perkembangan situasi setelah Soleimani terbunuh.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Jenderal Iran, Qassem Soleimani
Foto: BBC
Jenderal Iran, Qassem Soleimani

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif di Teheran pada Sabtu (4/1). Mereka bertemu sehari setelah Amerika Serikat (AS) membunuh Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani.

Zarif dan Mohammed melakukan dua putaran pembicaraan. Namun, detail pembicaraan mereka tak dirilis. Kendati demikian, saat pertemuan tersebut keduanya sempat membahas perkembangan situasi pasca-terbunuhnya Soleimani.

Baca Juga

Seperti sebelumnya, Zarif mengatakan AS bertanggung jawab atas konsekuensi pembunuhan Soleimani. "Republik Islam Iran tidak mencari ketegangan di kawasan, tapi kehadiran dan campur tangan pasukan asing serta ekstra-regional telah menyebabkan ketidakstabilan, ketidakamanan, dan meningkatnya ketegangan di wilayah kami yang rentan," ujarnya, dikutip laman Anadolu Agency.

Mohammed mengaku mencemaskan perkembangan situasi saat ini. Dia menyerukan para pihak untuk mengurangi ketegangan dan memulihkan ketenangan di kawasan tersebut.

Soleimani tewas saat AS melancarkan serangan udara ke Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada Jumat pagi. Washington membidik konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki hubungan dekat dengan Iran. Itu merupakan serangan besar pertama AS terhadap kelompok yang terafiliasi atau terkait dengan Iran sejak menarik pasukannya dari Irak pada 2011. Perintah untuk mengeksekusi tindakan tersebut datang langsung dari Presiden AS Donald Trump.

Dia menyebut Soleimani telah merencanakan serangan yang mengancam para diplomat dan personel militer AS di Irak serta kawasan sekitarnya. "Tapi kami menyergapnya dalam serangan dan menghentikannya," ujarnya.

Trump menampik bahwa AS sedang berupaya memulai peperangan. "Kami mengambil tindakan semalam untuk menghentikan perang. Kami tidak mengambil tindakan untuk memulai perang," kata dia seraya menambahkan bahwa AS tak mencari perubahan rezim di Iran.

Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.

Soleimani disebut sebagai "otak" pembentukan paramiliter yang membidik Israel dan kepentingan AS di seluruh Timur Tengah. Munculnya kelompok Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman diyakini berkat peranan Soleimani.

Dia sangat dipuja di Iran. Soleimani dianggap tokoh terkuat setelah pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Kendati demikian, kesetiaan dan loyalitasnya terhadap Khamenei tak pernah diragukan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement