REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi mengatakan pembunuhan Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani oleh Amerika Serikat (AS) merupakan tindakan perang. Menurutnya, Iran layak melakukan aksi balasan.
"Tadi malam (AS) memulai perang militer dengan membunuh salah satu jenderal tinggi kami melalui aksi teror. Jadi apa lagi yang bisa diharapkan dari Iran? Kita tidak bisa hanya diam saja. Kami harus bertindak dan kami akan bertindak," kata Ravanchi saat diwawancara CNN pada Jumat (3/1) malam, dikutip laman Times of Israel.
Iran, kata dia, tak bisa menutup mata atas kejadian tersebut. "Pasti akan ada balas dendam, balas dendam yang keras. Respons terhadap aksi militer adalah aksi militer. Oleh siapa, kapan, di mana? itu untuk masa depan untuk disaksikan," ujar Ravanchi.
Garda Revolusi Iran mengaku telah menyiapkan sejumlah opsi untuk membalas tindakan AS. Serangan melalui jalur air di wilayah Selat Hormuz menjadi salah satu opsi tersebut. "Selat Hormuz adalah titik vital bagi Barat dan sejumlah besar kapal perusak dan kapal perang AS menyeberang di sana," kata Komandan Garda Revolusi Iran di Provinsi Kerman Abuhamzeh pada Jumat (3/1) malam, seperti dilaporkan kantor berita semi-resmi Iran, Tasnim.
Dia mengatakan target vital Amerika di kawasan itu telah sejak lama diidentifikasi oleh Iran. "Sekitar 35 target AS di kawasan tersebut serta Tel Aviv berada dalam jangkauan kami," ujar Abuhamzeh.
Dia tak mengungkap apakah serangan terhadap kapal-kapal perang AS akan dilancarkan dalam waktu dekat. Namun jika hal itu terjadi, potensi perang antara Iran dan AS kian terbuka lebar.
Soleimani tewas saat AS melancarkan serangan udara ke Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada Jumat pagi. Washington membidik konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki hubungan dekat dengan Iran.
Itu merupakan serangan besar pertama AS terhadap kelompok yang terafiliasi atau terkait dengan Iran sejak menarik pasukannya dari Irak pada 2011. Perintah untuk mengeksekusi tindakan tersebut datang langsung dari Presiden AS Donald Trump.
Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.