Ahad 05 Jan 2020 08:55 WIB

Trump Ancam akan Serang 52 Situs Penting Iran

Trump tampaknya tidak berusaha untuk mengurangi ketegangan yang ditimbulkan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani. Kelompok Hamas mengutuk AS yang telah membunuh Qasem Soleimani. Ilustrasi.
Foto: EPA
Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani. Kelompok Hamas mengutuk AS yang telah membunuh Qasem Soleimani. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, AS telah menargetkan penyerangan terhadap 52 situs penting di Iran, jika mereka menyerang warga maupun aset AS. Sebelumnya, komandan militer Iran, Qassem Soleimani tewas dalam serangan udara AS pada Jumat (3/12) lalu.

Serangan udara tersebut semakin memperburuk konflik antara AS dan Iran. Trump tampaknya tidak berusaha untuk mengurangi ketegangan yang ditimbulkan setelah serangan. Dia justru mengeluarkan ancaman keras terhadap Iran melalui cicitannya di Twitter.

"Iran sangat berani menargetkan aset AS. AS telah menargetkan 52 situs di Iran, beberapa diantaranya adalah situs sangat penting bagi Iran dan budaya Iran. Target tersebut akan diserang dengan sangat cepat dan sangat keras. AS tidak menginginkan ancaman lagi!", kata Trump dalam Twitternya.

Trump menambahkan, 52 situs penting tersebut mewakili 52 warga AS yang disandera di Iran setelah ditangkap di kedutaan AS di Teheran, pada 1979. Trump menulis cicitannya di Twitter ketika berlibur di Florida. Politisi Demokrat menilai, tindakan Trump akan membawa AS ke ambang perang.

Soleimani tewas saat AS melancarkan serangan udara ke Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada Jumat pagi. Serangan membidik konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki hubungan dekat dengan Iran. Itu merupakan serangan besar pertama AS terhadap kelompok yang terafiliasi atau terkait dengan Iran sejak menarik pasukannya dari Irak pada 2011.

Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.

Sebelumnya, Trump membela keputusannya memerintahkan pembunuhan terhadap Soleimani. Menurut Trump, tindakan itu seharusnya telah dilakukan sejak lama. Sebab, Soleimani dipandang sebagai teroris nomor satu di dunia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement