REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Aksi demonstrasi menentang reformasi sistem pensiun di Paris berakhir ricuh. Polisi menembakkan gas air mata di stasiun kereta api Gare du Nord yang dikenal sibuk di Paris.
Polisi juga menembakkan gas air mata di daerah Bastille, ketika para demonstran berjalan melintasi kota Paris. Para demonstran yang terdiri dari serikat pekerja dan aktivis anti-pemerintah "Rompi Kuning" membakar tempat sampah di sejumlah tempat keramaian.
Pemerintahan Presiden Emmanuel Macron berusaha merombak program-program pensiun yang berjumlah lebih dari 40 dan menjadikannya sebuah sistem universal tunggal untuk setiap warganegara. Macron mengatakan reformasi sangat penting untuk menyederhanakan sistem pensiun yang berbelit-belit. Namun, oposisi menyatakan, reformasi tersebut akan membuat warga Prancis harus bekerja lebih lama karena usia pensiun mereka ditambah.
"Orang-orang harus berpikir sedikit tentang masyarakat seperti apa yang mereka inginkan secara umum dan, pada tingkat yang lebih pribadi, apakah Anda 20, 30, 40 atau 50, suatu hari Anda akan pensiun," kata Jean-Gabriel Maheo, seorang teknisi industri berusia 50-an.
Maheo yang ikut berpartisipasi dalam aksi demo di Paris mengatakan, jika reformasi sistem pensiun disetujui maka akan menjadi bencana sosial. Menurutnya, reformasi pensiun yang sebelumnya memberikan uang pensiun yang jumlahnya kecil bagi pensiunan.
Pemogokan terbuka oleh serikat pekerja di negara itu merupakan tantangan terbesar bagi Macron sejak gerakan rompi kuning. Kelompok itu bergerak melawan ketimpangan ekonomi yang meletus setahun yang lalu.
Transportasi Prancis lumpuh akibat aksi mogok nasional sejak protes dimulai sebulan yang lalu. Rencananya, demonstrasi besar-besaran kembali digelar pada 9 Januari mendatang