REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga minyak dunia diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan memanasnya hubungan Amerika Serikat (AS) dan Iran. Apalagi dengan tewasnya Jenderal Iran sekaligus pemimpin Pasukan Quds, Qasem Soleimani, dalam serangan udara militer AS pada Jumat (3/1).
Menanggapi perihal tersebut, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pihaknya telah mengantisipasi dampak ke Indonesia jika harga minyak dunia mengalami peningkatan. Salah satunya, Indonesia membeli langsung dari produsen perusahaan minyak asal Perancis, Total.
“Kami mulai tender, bukan melalui trader, tapi langsung kepada perusahaan yang menghasilkan minyak yang selama ini belum dilakukan. Ini langsung ke perusahaan Total, tidak ada perantara,” ujarnya usai meninjau lokasi posko banjir di Cengkareng, Ahad (5/1).
Erick menjelaskan jika membeli minyak langsung dari produsen minyak dapat memangkas beberapa komponen biaya lainnya. Bahkan menurut Erick, harga minyak yang dibeli bisa lebih murah sebesar enam dolar AS per barel.
“Iya kan supaya bisa cut, memangkas pada margin yang tidak perlu, salah satunya tender dengan AS. Harga jelas lebih murah 5 dolar AS sampai 6 dolar AS,” jelasnya.
Erick pun memperhatikan kondisi panas di Timur Tengah. Karena itu, dia mengaku juga telah menyiapkan antisipasi yakni penggunaan biodiesel 30 persen (B30).
"Apa yang terjadi sekarang tentu, mengenai Amerika, Iran dan Timur Tengah pasti akan juga berdampak kepada Indonesia terutama di harga minyak," lanjutnya.
Menurutnya beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) asing telah menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi seperti Shell dan Total. Namun ada potensi harga jual BBM kembali naik usai ancaman perang di Timur Tengah meletus.
"Ya memang itu (potensi harga minyak naik) yang yang diminta oleh Pak Jokowi kan kita harus antisipasi. Karena yang namanya ekonomi dunia ini adalah sesuatu yang fluktuatif dan tidak bisa diprediksi," ucapnya.
Ke depan, Erick akan mengusahakan agar impor minyak terus berkurang. Apalagi saat ini pemerintah tengah giat melakukan penggunaan biodiesel 30 persen (B30).
“Tapi impor migas bukan hanya jangka pendek, tetapi menenegah dan panjang harus dilakukan, bertahap dengan refinery dan lifting dan sumur minyak yang ada di Pertamina,” ucapnya.