REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menanggapi masalah teritorial antara Indonesia dan China di wilayah laut Natuna. Menurut dia, masalah teritorial negara saat ini tengah menjadi tren di dunia.
"Misalnya Rusia menganeksasi Crimea begitu saja, karena Ukraina begitu lemah tidak mampu mempertahankan diri secara semestinya, sehingga Crimea dicaplok oleh Rusia," ujar dia kepada Republika.co.id, Ahad (5/1).
Kiai Yahya melanjutkan, bila keadaan ini terjadi berulang-ulang, maka seluruh kemapanan tata dunia terkait kedaulatan teritorial menjadi runtuh. "(Bisa) menjadi chaos nanti," tutur dia memperingatkan.
Persoalan batas wilayah di Natuna antara Indonesia dan China, menurut Kiai Yahya, jangan hanya menjadi isu bilateral tapi juga harus menjadi isu internasional. Pemerintah RI, kata dia, harus melakukan diplomasi secara lebih agresif.
Diplomasi agresif tersebut yakni dengan menyerukan dunia internasional untuk melihat masalah ini sebagai ancaman terhadap tata dunia seluruhnya. Jika kedaulatan Indonesia tidak dihormati, lanjut dia, maka tidak ada negara manapun yang akan dihormati kedaulatannya.
"Jadi Indonesia pada satu titik perlu membawa ini sebagai isu internasional, bukan hanya isu bilateral, terkait dengan stabilitas internasional secara keseluruhan," ucap dia.
Kiai Yahya juga menegaskan, pemerintah RI harus bersiap secara pertahanan. Persiapan ini bukan bermaksud untuk menginginkan terjadi konflik militer. "Tapi kita harus bersiap karena ada potensi agresi terhadap wilayah kita," jelas dia.