REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran akan mengabaikan batasan pengayaan uranium dalam kesepakatan perjanjian nuklir 2015 (JCPOA). Iran mengambil sikap tersebut setelah Amerika Serikat (AS) membunuh komandan militer Iran Qasem Soleimani dalam serangan udara pada Jumat lalu di Baghdad.
Televisi pemerintah melaporkan Iran tidak akan patuh terhadap batasan pengayaan uranium yang ditetapkan dalam JCPOA. Iran terus melangkahi batas kesepakatan pengayaan uranium, sebagai tanggapan atas mundurnya AS dari JCPOA dan penerapan sanksi Washington yang telah melumpuhkan perdagangan minyak Iran.
"Iran akan melanjutkan pengayaan nuklir tanpa batasan dan berdasarkan kebutuhan teknisnya," kata pernyataan pemerintah.
Di bawah kesepakatan nuklir, Teheran setuju untuk mengekang kegiatan nuklirnya dengan imbalan pencabutan sebagian besar sanksi internasional. Hubungan antara Teheran dan Washington memburuk setelah AS menarik diri dari perjanjian JCPOA.
Iran telah mengkritik Eropa karena gagal menyelamatkan pakta perjanjian tersebut dengan melindungi ekonominya dari sanksi AS. Dalam sebuah pernyataan pada Ahad (5/1), Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan Teheran akan kembali patuh terhadap batasan pengayaan uranium jika AS menghapu sanksi internasional terhadap Iran.
"Langkah dalam JCPOA (kesepakatan) dan semua lima langkah dapat dibalikkan setelah ada timbal balik yang efektif," ujar Zarif dalam cicitannya di Twitter.
Pakar non-proliferasi nuklir di International Institute for Strategic Studies, Mark Fitzpatrick, mengatakan langkah terbaru Iran dapat memberikan ruang diplomasi. Sebab, Iran tidak mengatakan seberapa jauh mereka akan mengambil langkah untuk pengayaan uranium.
"Mereka tidak mengatakan seberapa jauh mereka akan mendorong pengayaan atau jumlah sentrifugal yang akan mereka operasikan. Saya pikir mereka memiliki banyak ruang untuk negosiasi dan mengambil langkah lebih lanjut jika diperlukan," ujar Fitzpatrick.
Iran menyatakan tidak akan menegosiasikan kesepakatan baru dan menolak pernyataan Barat bahwa mereka sedang mengembangkan senjata nuklir. Iran telah melanggar batas kesepakatan dalam kegiatan nuklirnya, termasuk pada pengayaan uranium.
Dalam kesepakatan JCPOA menetapkan batas kemurnian uranium sebesar 3,67 persen. Sementara Iran telah melebihi ambang batas yakni sekitar 4,5 persen dalam beberapa bulan terakhir.