REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Presiden Irak Barham Salih pada Ahad menyampaikan belasungkawa kepada Presiden Iran Hassan Rouhani atas tewasnya pemimpin Pasukan Quds Qassem Soleimani. Di lain sisi, pihaknya juga mendesak Iran agar menahan diri, menurut pernyataan kantornya.
"Presiden menekankan pentingnya pengendalian diri serta kebijaksanaan di masa-masa genting guna menahan krisis saat ini, melindungi keamanan dan stabilitas kawasan, kedaulatan negaranya, dan mengusir momok perang dan juga kekerasan," demikian kantornya melalui telepon.
Soleimani merupakan komandan Pengawal Revolusi Iran di luar negeri. Sebagai kepala Pasukan Quds, jenderal berusia 62 tahun itu menjadi ahli strategi dalam upaya menyebarkan pengaruh Iran di Timur Tengah melalui milisi proksi.
Soleimani tewas akibat serangan udara Amerika Serikat di Baghdad pada Jumat (3/1). Pemerintah Iran menegaskan kepada Dewan Keamanan dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Jumat bahwa mereka memiliki hak untuk bela diri di bawah hukum internasional.
Dalam sebuah surat, Duta Besar Iran untuk PBB, Majid Takht Ravanchi mengatakan, pembunuhan Soleimani adalah contoh nyata terorisme negara dan sebagai tindakan kriminal. Ia menyebut serangan Amerika sebagai pelanggaran berat terhadap prinsip-prinsip dasar hukum internasional, khususnya Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Soleimani yang mengepalai pasukan Penjaga Revolusi Iran di luar negeri, dianggap sebagai tokoh paling kuat kedua di negara itu setelah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Amerika Serikat membunuh Soleimani dalam serangan semalam di Irak yang direstui Presiden AS Donald Trump dengan dalih jenderal berusia 62 tahun itu telah merencanakan serangan segera terhadap personel AS di Timur Tengah.