REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Grup musik Culture Project memperjuangkan hak-hak kemanusiaan para penyintas bencana alam di Palu, Sigi, dan Donggala melalui karya terbarunya. Band yang dibentuk sejak 2008 itu merilis tembang berjudul "Palu Dilupa".
Karya menyuarakan kritik untuk berbagai pihak yang seolah lupa pada Palu. Petikan liriknya berbunyi, "Apa kabarmu? Lama ku tak dengar suaramu. Tiada kabarmu. Sunyi. Kau terpasung gunung dirantai lautan. Palu di mana? Lupa Palu di mana. Palu dilupa".
Bencana alam di Palu, Sigi, dan Donggala, memang sudah lama berlalu sejak September 2018. Akan tetapi, masih ada ribuan penyintas bencana alam, tsunami, likuifaksi, dan gempa bumi di lokasi-lokasi tersebut yang belum mendapatkan perhatian.
Culture Project menciptakan "Palu Dilupa" pada 2011. Band beranggotakan Adi Tangkilisan, Zhul Usman, Ayup Lapangandong, dan Ryan Fawzy Panintjo, itu merilisnya kembali untuk mengingatkan banyak pihak agar kembali peduli pada penyintas bencana.
Lewat pernyataan resminya, Culture Project menjelaskan bahwa lagu diaransemen kembali karena narasinya masih relevan dengan kondisi terkini. Lagu menggugat kesadaran kolektif masyarakat dan pemerintah lokal dalam kemasan pop progresif.
"Lagu ini tak hanya menyegarkan ingatan masa lalu, tapi juga menginspirasi kita untuk menatap ke masa depan dengan penuh optimisme," ujar Adi Tangkilisan mengenai tembang "Palu Dilupa" yang memuat sentuhan tradisi etnik Kaili.
Saat ini, Culture Project tengah merampungkan mixing dan mastering untuk tiga lagu lainnya. Culture Project ingin terus berkontribusi dalam perbaikan kondisi Palu lewat karya-karya yang menyuarakan pesan perjuangan.