Senin 06 Jan 2020 11:32 WIB

Fukushima akan Dijadikan Sebagai Pusat Energi Terbarukan

Fukushima akan menjadi pusat energi terbarukan setelah kecelakaan nuklir pada 2011

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Reaktor Nuklir di Fukushima, Jepang. Fukushima akan menjadi pusat energi terbarukan setelah kecelakaan nuklir pada 2011. Ilustrasi.
Foto: AP
Reaktor Nuklir di Fukushima, Jepang. Fukushima akan menjadi pusat energi terbarukan setelah kecelakaan nuklir pada 2011. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Fukushima akan mengubah dirinya menjadi pusat energi terbarukan setelah terjadi kecelakaan nuklir terburuk di dunia selama seperempat abad. Sebelumnya, pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi meledak pada 11 Maret 2011.

Ledakan tersebut dipicu oleh gempa bumi dan tsunami yang cukup besar sehingga menimbulkan radiasi. Ledakan ini membuat pemerintah melakukan evakuasi besar-besaran terhadap lebih dari 150 ribu penduduk yang tinggal di Perfektur Fukushima.

Baca Juga

Kini, pemerintah daerah setempat berjanji akan mengubah Fukushima menjadi wilayah dengan energi terbarukan pada 2040. Proyek pembangunan energi terbarukan ini menelan biaya sebesar 2,75 miliar dolar AS yang disponsori oleh bank pembangunan milik pemerintah Jepang dan Bank Mizuho.

Menurut ulasan Nikkei Asian, proyek tersebut akan membangun 11 ladang tenaga surya dan 10 pembangkit tenaga angin di lahan pertanian serta pegunungan pada akhir Maret 2024. Jaringan sepanjang 80 kilometer akan menghubungkan pembangkit listrik Fukushima dengan area metropolitan Tokyo, yang dulunya sangat bergantung pada energi nuklir yang diproduksi di dua pembangkit atom di prefektur tersebut.

Ketika selesai, proyek akan menghasilkan hingga 600 megawatt listrik atau dua pertiga dari rata-rata pembangkit listrik tenaga nuklir. Sebanyak 54 reaktor Jepang ditutup setelah krisis Fukushima. Sedangkan sembilan reaktor beroperasi hari ini setelah melewati pemeriksaan keamanan yang ketat yang diperkenalkan setelah bencana.

Menurut Institut Kebijakan Energi Berkelanjutan, energi terbarukan menyumbang 17,4 persen dari bauran energi di Jepang pada 2018, jauh di bawah negara-negara Eropa. Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan pemerintah ingin meningkatkan bauran energi terbarukan antara 22 persen dan 24 persen pada 2030.

Abe menegaskan energi nuklir akan membantu Jepang mencapai target emisi karbon dioksida dan mengurangi ketergantungannya pada gas dan minyak impor. Tetapi, Menteri Lingkungan Shinjiro Koizumi menyerukan agar reaktor nuklir dihapuskan untuk mencegah terulangnya bencana Fukushima.

"Kita akan hancur jika kita membiarkan kecelakaan nuklir lain terjadi. Kami tidak pernah tahu kapan kami akan mengalami gempa bumi," kata Koizumi.

Di sisi lain, Jepang menghadapi kecaman internasional yang meningkat atas ketergantungannya pada batu bara impor dan gas alam. Jepang adalah importir batubara terbesar ketiga setelah India dan Cina. Perbankan di Jepang didesak untuk mengakhiri pembiayaan pembangkit listrik tenaga batu bara di Vietnam dan negara-negara berkembang lainnya di Asia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement