Senin 06 Jan 2020 14:10 WIB

Hari Pertama, Siswa Kerja Bakti Bersihkan Sisa Banjir

SMAN 81 tergenang banjir sejak Rabu dengan ketinggian sekitar 60-90 sentimeter.

Rep: Febryan A/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah berkas terdampak banjir tertumpuk di depan kelas belajar SMAN 81, Jalan Kartika Ekapaksi, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Senin (6/1). Akibatnya, kegiatan belajar mengajar belum bisa dimulai.
Foto: Republika/Febryan A
Sejumlah berkas terdampak banjir tertumpuk di depan kelas belajar SMAN 81, Jalan Kartika Ekapaksi, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Senin (6/1). Akibatnya, kegiatan belajar mengajar belum bisa dimulai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivitas belajar mengajar di SMAN 81, Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Kota Jakarta Timur, belum berjalan normal pada hari pertama sekolah, Senin (6/1). Guru dan siswa masih berjibaku membersihkan setiap ruangan dari sisa-sisa banjir yang merendam sekolah itu sejak Rabu (1/1) lalu.

"Kami belum mulai belajar hari pertama ini. Kami semua ikut kerja bakti bersihkan sekolah, termasuk teman-teman yang kelasnya di lantai dua dan tiga," kata Abi, siswa kelas 12, saat rehat membersihkan kelasnya yang berada di lantai satu, Senin.

Baca Juga

SMAN 81 tergenang banjir sejak Rabu dengan ketinggian sekitar 60-90 sentimeter. Sama seperti sejumlah wilayah lainnya di Jakarta yang dilanda banjir karena tingginya curah hujan, air di SMAN 81 baru surut mulai Kamis (2/1).

Saat hari pertama sekolah, dampak banjir masih terlihat jelas di setiap sudut bangunan sekolah seluar 15.000 meter persegi itu. Berkas-berkas dan buku-buku yang dalam kondisi basah tampak masih berserakan di setiap sudut ruangan.

Sejumlah staf sekolah tampak juga masih membersihkan sejumlah alat-alat elektronik yang ikut terimbas banjir seperti unit komputer. Sementara siswa, dengan memakai seragam olahraga, tampak bahu membahu dengan guru untuk membersihkan ruangan kelas dan ruangan guru, dan ruangan lainnya.

Kepala Sekolah SMAN 81, Niken Irianti, mengatakan, banjir awal tahun itu merusak sejumlah berkas dan unit elektronik di ruang kerja staf yang semuanya berada di lantai satu. Diantaranya, ruangan kepala sekolah, ruangan guru, dan kelas belajar.

Lantaran kondisi setiap ruangan masih berserakan, ujar Niken, kegiatan belajar mengajar pun belum bisa dimulai hari ini. Semua guru dan siswa diminta untuk kerja bakti membersihkan semua ruangan yang terdempak.

Adapun proses belajar mengajar, kata dia, baru akan dimulai paling cepat pada hari Rabu (8/1). "Besok pun masih belum karena kursi juga masih belum kering dan ruangan masih bau," ucap Niken

Menjelang Rabu, lanjut Niken, pihaknya akan menginventarisir semua kerusakan dan segera melakukan perbaikan. Terutama perangkat elektronik seperti unit komputer, kamera CCTV, dan sound system.

Pihaknya juga masih melakukan pendataan terhadap buku-buku siswa dan bahan ajar guru yang ikut terendam. Adapun untuk kerusakan berkas sekolah, kata dia, memang banyak, tapi tak akan terlalu berdampak. Sebab, berkas-berkas itu sudah dicadangkan ke dalam sistem e-data.

Belajar dari fenomena banjir kali ini, Niken telah merencanakan untuk memindahkan semua ruangan staf dan guru ke lantai dua dan tiga. Sehingga dampak banjir bisa diminimalkan.

Niken menambahkan, hingga hari pertama sekolah dimulai, terdapat empat orang siswa yang sudah melaporkan bahwa rumahnya terdampak banjir. Selain itu, juga terdapat lima orang guru yang kediamannya terendam banjir.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement