REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif diundang ke markas Uni Eropa di Brussels, Belgia. Dia diminta datang untuk membahas ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) pasca-terbunuhnya Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani.
Dilaporkan laman Anadolu Agency, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell telah melakukan pembicaraan dengan Zarif akhir pekan lalu. Dalam percakapannya, Borrell menyatakan keprihatinan atas tewasnya Soleimani. Dia pun menawarkan dukungan untuk meredakan ketegangan yang seketika membekap kawasan Timur Tengah.
Dia menyerukan Iran untuk menahan diri ketika mempertimbangkan langkah lebih lanjut. Borrell menegaskan kembali posisi Uni Eropa tentang perlunya solusi politik di kawasan tersebut.
Pada Ahad (5/1) lalu, Inggris, Prancis, dan Jerman meminta Iran menahan diri dan tetap berkomitmen pada perjanjian nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). "Kami secara khusus menyerukan Iran menahan diri dari tindakan kekerasan lebih lanjut atau proliferasi dan mendesak Iran membalikkan semua tindakan yang tidak konsisten dengan JCPOA," kata mereka dalam sebuah pernyataan bersama.
Setelah Soleimani terbunuh, Iran menyatakan tak akan lagi mematuhi komitmen apa pun yang diatur dalam JCPOA. Teheran mengatakan akan terus melakukan pengayaan uranium yang sebenarnya dilarang JCPOA.
Soleimani tewas akibat serangan udara AS di Bandara Internasional Baghdad. Dengan mengerahkan drone atau pesawat nirawak, Washington meledakkan konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki hubungan dekat dengan Iran. Soleimani berada di dalam konvoi tersebut.
Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.
Kematian Soleimani meruncingkan hubungan Iran dan AS. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah menyatakan akan mengambil aksi balasan terhadap Washington.
Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi mengatakan pembunuhan Soleimani merupakan tindakan perang. Menurutnya, Iran layak melakukan aksi balasan. "Pasti akan ada balas dendam, balas dendam yang keras. Respons terhadap aksi militer adalah aksi militer. Oleh siapa, kapan, di mana? itu untuk masa depan untuk disaksikan," ujar Ravanchi.