REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Puluhan ribu warga Iran memadati jalan-jalan Teheran untuk pemakaman komandan Pasukan Quds Qassem Soleimani, Senin (6/1). Putrinya mengatakan, kematian ayahnya akan membawa hari yang gelap untuk Amerika Serikat (AS).
"Trump gila, jangan berpikir bahwa semuanya sudah berakhir dengan kemartiran ayahku," kata Zeinab Soleimani dalam pidatonya yang disiarkan di televisi pemerintah.
Skala massa yang turun di Teheran dalam pemakaman jenderal mencerminkan orang yang berkumpul pada 1989 untuk pemakaman pendiri Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini. Peti mati jenderal Iran dan pemimpin milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis diangkut dengan banyak masyarakat meneriakkan "Matilah Amerika".
Proses iringan jenazah Soleimani di Teheran akan pindah ke kota kelahirannya di selatan Kerman, dipimpin oleh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Soleimani secara luas dipandang sebagai tokoh paling kuat kedua di Iran di belakang Khamenei.
Pemakaman itu dihadiri oleh beberapa sekutu Iran di wilayah itu, termasuk Ismail Haniyeh pemimpin kelompok Palestina Hamas. "Saya menyatakan bahwa komandan martir Soleimani adalah martir Yerusalem," ujarnya.
Iran telah berjanji untuk membalas pembunuhan Soleimani. Menanggapi peringatan Iran, Trump telah mengancam akan menyerang 52 situs Iran, termasuk target budaya, jika Teheran menyerang aset atau orang AS.
"Mereka diizinkan membunuh orang-orang kita. Mereka diizinkan menyiksa dan melukai orang-orang kami. Mereka diizinkan menggunakan bom pinggir jalan dan meledakkan orang-orang kami. Dan kami tidak diizinkan menyentuh situs budaya mereka? Itu tidak bekerja seperti itu," kata Trump setelah mendapat penentangan akan menyerang situs-situs Iran.
Trump juga mengancam sanksi terhadap Irak. Dia mengatakan jika pasukan AS diminta untuk meninggalkan negara itu, pemerintah Irak harus membayar Washington untuk biaya pangkalan udara di sana.
"Kami akan menagih mereka sanksi seperti yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Itu akan membuat sanksi Iran terlihat agak jinak," ujar Trump.