REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China mengkritik Amerika Serikat (AS) karena memperparah ketegangan di Timur Tengah dengan penggunaan kekuatan dalam pertikaian dengan Teheran. Beijing mendesak semua pihak untuk menahan diri untuk memastikan perdamaian dan stabilitas.
"Politik kekuasaan tidak populer atau berkelanjutan. Perilaku militer berisiko AS dalam beberapa hari terakhir bertentangan dengan norma-norma dasar hubungan internasional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang.
Geng meminta AS tidak menyalagunakan kekuatan. Setiap pihak dinilainya harus menahan diri untuk menghindari kondisi yang bisa semakin memburuk. Dia pun menambahkan China sangat prihatin tentang kebuntuan antara Iran dan AS.
"China secara konsisten menentang penggunaan secara tidak sengaja atau ancaman penggunaan sanksi," kata Geng.
Geng mengkritik AS karena mengancam sanksi terhadap Irak dalam menanggapi resolusi parlemen Irak yang menyerukan pasukan asing lainnya untuk meninggalkan negara itu. "Kami berharap negara-negara yang relevan, terutama negara-negara besar di luar kawasan, dapat berbuat lebih banyak untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan kawasan Timur Tengah, dan menghindari mengambil tindakan yang meningkatkan ketegangan regional," katanya.
Sebuah serangan pesawat tidak berawak AS di Bandara Baghdad menewaskan komandan militer Iran Qassem Soleimani. Peristiwa itu semakin meningkatkan konflik antara kedua negara yang sudah berselisih mengenai sanksi nuklir terhadap Teheran.
Teheran telah secara terbuka bersumpah untuk membalas kematian Soleimani. Sedangkan, Presiden AS Donald Trump mengancam pembalasan lebih lanjut apabila Iran melakukan serangan balas dendam terhadap aset atau warga negara AS.