REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Curah hujan yang tinggi pada awal 2020 ini mengakibatkan banyak wilayah di Indonesia dilanda banjir. Di Jakarta dan sekitarnya, banjir bahkan sudah terjadi sejak Rabu (1/1) pagi. Tidak hanya Ibu Kota, berbagai wilayah yang tak diprediksi pun terkena dampak banjir ini, seperti Kabupaten Lebak di Banten.
Menurut data yang didapatkan dari Kepolisian setempat, setidaknya terdapat dua kecamatan dan 12 desa yang sejak Rabu (1/1) telah diterjang banjir. Sebagian dari desa-desa tersebut bahkan mengalami tanah longsor, terutama desa-desa yang berada di perbukitan.
Sebut saja Kampung Cigobang, Cinyiru dan Muara. Ketiga kampung tersebut kini baru bisa diakses melalui jalan memutar dengan melewati gunung, sebab jalan utama yang biasa dilalui warga tertutup longsoran tanah.
Tak hanya itu, Kampung Buluheun dan Cikomara yang sebelumnya terhubung dengan jembatan gantung, kini harus terpisah lantaran air Sungai Ciberang yang meluap hingga menghanyutkan pulihan rumah serta dua sekolah.
Sebanyak 3.000 warga Kampung Buluheun yang terdiri dari tujuh RT bahkan baru dapat menerima bantuan dengan karung-karung makanan yang dikirim menggunakan tali yang dibentangkan di kedua sisi kampung.
Tim Siaga Bencana (SIGAB) PPPA Daarul Qur’an yang tiba di lokasi bencana banjir sejak Jumat (3/1) pagi telah menyusuri sejumlah wilayah terdampak. Keempat personil SIGAB yang dikomandoi Rojali bahkan harus bergerilya menggunakan sepeda motor sebab akses jalan yang susah dilalui oleh mobil.
Di sepanjang perjalanan, setidaknya ada tiga pondok pesantren yang sebagian areanya tergerus air banjir sehingga menyebabkan berbagai bangunan roboh. Namun, hal tersebut tak menimbulkan korban jiwa di kalangan santri, karena mereka masih dalam masa libur akhir dan awal tahun.
Untuk mencapai berbagai titik yang sulit, SIGAB mengerahkan segala tenaga dan upaya guna menyalurkan bantuan. Bahkan, Rojali dan kawan-kawan harus menginjak pedal gas lebih kencang untuk memacu kendaraan agar dapat mendaki gunung dan melintasi jalan perbukitan.
Rojali, saat turun dari lokasi bencana mengatakan bahwa banyak warga yang telah mengungsi ke posko-posko dan sanak saudara mereka yang lebih aman. Warga meninggalkan rumah mereka dan hanya membawa beberapa helai pakaian saja.
Setelah meninjau berbagai lokasi, akhirnya SIGAB PPPA Daarul Qur’an memutuskan untuk mendistribusikan bantuan berupa makanan dan pakaian bayi karena itu yang paling dibutuhkan oleh korban. “Kami menyalurkan sembilan dus makanan, minyak dan kue-kue kering ke korban,” tutur Rojali.
Selain itu, SIGAB PPPA Daarul Qur’an pun bekerja sama dengan sejumlah lembaga dan aparat pemerintah untuk membantu para korban. Seperti membuat jembatan penyeberangan sementara, menyediakan logistik bagi korban dan sejumlah kebutuhan mendesak warga lainnya.
Rozali mengungkapkan bahwa misi PPPA Daarul Qur’an adalah untuk memenuhi kebutuhan korban bencana yang belum tersedia di posko-posko bantuan. “Semoga bantuan yang telah disalurkan dapat bermanfaat bagi warga. Kami mengajak masyarakat untuk terus memanjatkan doa bagi para korban banjir, longsor dan berbagai bencana di Indonesia,” harap Rojali.