REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Lelaki paruh baya itu mulai menceritakan detik-detik ketika rumahnya hanyut dibawa air sungai. Namanya adalah Muhammad Ruslan Maco, atau kerap disapa Ruslan. Ia adalah salah satu korban banjir bandang yang terjadi di Lebak, Banten.
"Jam setengah enam pagi, air naik, kaget, terus saya ngungsi dengan istri dan anak-anak. Setelah itu, air kecil lagi, kambing saya angkut, terus gede lagi sampai gak ada yang bisa diselamatkan," jelas Ruslan menceritakan kisahnya.
Pagi itu Rabu (1/1), Ruslan masih bersantai dengan keluarga saat aliran Sungai Ciherang tiba-tiba berubah menjadi ganas dan menerjang rumahnya. Ia mengaku tak mengingat apa-apa selain istri dan keempat anaknya. Rumah beserta isinya tak terselamatkan akibat terendam air sungai.
"Kejadian pertama saya tidak ingat apa-apa, saya ambil dua anak, terus istri gendong yang masih bayi umur empat bulan dan tuntun yang sudah gede lari ke atas," ucapnya mengingat.
Ketika air mulai surut sekitar pukul 07.00 WIB, Ruslan memberanikan diri untuk menyelamatkan beberapa helai pakaian yang tersisa. Akan tetapi hal yang tak ia sangka terjadi, air sungai kembali menggulung dengan ketinggian mencapai tinggi rata-rata orang dewasa. Ruslan hampir hanyut, namun dirinya dapat berpegangan pada pohon yang berdiri di depan rumahnya.
Saat ini Ruslan dan keluarganya membutuhkan tempat tinggal, pakaian dan makanan. Tak hanya Ruslan, puluhan warga yang rumahnya hanyut diterjang banjir pun membutuhkan bantuan. Merespon hal itu, Tim Siaga Bencana (SIGAB) PPPA Daarul Qur'an terjun ke lokasi menyalurkan sejumlah bantuan berupa makanan dan pakaian bayi.
“Semoga bantuan ini dapat meringankan beban para korban. kami mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk peduli terhadap korban banjir di Lebak dan sejumlah wilayah di Indonesia,” ujar Rojali, Koordinator SIGAB PPPA Daarul Qur'an.