REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini menanggapi terbunuhnya Komandan Quds Force Iran, Jenderal Qassem Soleimani oleh serangan roket yang ditembakkan secara sengaja oleh militer AS.
Bagi PBNU, tindakan AS dengan melakukan pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani adalah tindakan yang bertentangan dengan kemanusiaan, dan melanggar prinsip-prinsip perdamaian dunia.
"(Kami) mengecam keras tindakan Pemerintah AS bersama militernya yang dengan sengaja menembakkan roket yang menyebabkan gugurnya Jenderal Qassem Soleimani," kata dia dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Selasa (7/1).
Helmy meminta kapada komunitas internasional dan PBB untuk menyeru kepada AS agar bertindak secara rasional demi kepentingan perdamaian dunia. Termasuk segera tarik pasukan-pasukan AS di Timur Tengah dan berhenti membunuhi rakyat di wilayah tersebut," tuturnya.
Sekretaris Jenderal PBNU, Helmy Faishal Zaini
Selain itu Helmy juga mendorong pemerintah Indonesia untuk melakukan upaya-upaya bantuan penyelesaian konflik melalui PBB. Prinsip yang harus dipegang Indonesia harus objektif melihat persoalan ini.
"Dan juga kepada segenap masyarakat untuk bersikap tenang dan tidak terprovokasi sehingga terpancing melakukan tindakan yang semakin memperkeruh suasana," tutur dia.
Sebelumnya, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj meminta agar pemerintah Indonesia tetap mengambil sikap non-blok terkait konflik Amerika Serikat dan Iran yang kembali mencuat pasca tewasnya jenderal militer Iran, Qassem Soleimani, pada Jumat (3/1) lalu.
"Kita harus tegas mengambil politik bebas aktif non- blok. Tidak boleh kita berpihak kepada siapapun. Itu urusan mereka. Menurut saya begitu," ujar Kiai Said.
Menurut dia, Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) sebenarnya telah mengupayakan agar Amerika Serikat dan Iran bisa damai. Namun, menurut dia, pada kenyataannya negara-negara di Timur Tengah tetap bergejolak sampai saat ini.
"Itu sebenarnya sudah diusahakan. Tapi ya itulah kenyataannya di Timur Tengah ini selalu bergejolak. Tapi kita prinsipnya Indonesia harus tetap objektif, non-blok, bebas aktif," ucap Kiai Said.