Selasa 07 Jan 2020 13:06 WIB

Kisah Kasus Pemerkosaan Berantai Reynhard Sinaga

Reynhard membanggakan apa yang dilakukannya sebagai ‘penaklukan seksual’.

Reynhard Sinaga
Foto: EPA-EFE/GREATER MANCHESTER POLICE
Reynhard Sinaga

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Puti Almas

Reynhard Sinaga, seorang mahasiswa asal Indonesia di Manchester, Inggris, seketika menyita perhatian banyak orang atas kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap 48 pria di kota itu. Pengadilan setempat telah menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup dan dalam putusan hakim, dikatakan bahwa pelaku adalah individu berbahaya dan idealnya tidak dapat dibebaskan dari tahanan.

Baca Juga

Reynhard terbukti melakukan 159 pelanggaran, termasuk 136 pemerkosaan yang direkam melalui dua ponselnya. Polisi Inggris mengatakan, masih ada 70 korban lainnya yang belum diidentifikasi dan diinvestigasi, bahkan diperkirakan pria berusia 36 tahun itu telah melakukan pelecehan seksual terhadap 195 orang dalam dua setengah tahun terakhir.

Kejahatan Reynhard mungkin akan terus berlanjut jika keberuntungan terus berpihak padanya. Namun, hal itu terhenti pada 2 Juni 2017, saat salah seorang korban, yang mana menjadi korban terakhirnya, terbangun saat sedang dilecehkan dan menelepon panggilan darurat, setelah sempat melindungi dirinya sendiri dengan memukul pelaku.

Korban yang merupakan remaja berusia 18 tahun itu menelepon 999 dan ambulans segera tiba di Montana House, apartemen tempat Reynhard tinggal selama lima tahun terakhir. Dari sana, pelaku sempat dibawa ke rumah sakit terlebih dahulu untuk menjalani perawatan karena diduga mengalami pendarahan otak.

Remaja yang menjadi korban ditangkap karena sempat dicurigai hingga detektif dari Kepolisian Greater Manchester segera menyadari bahwa mereka telah menahan orang yang salah. Reynhard kemudian diinterogasi dan dari sana polisi melihat tingkah aneh, salah satunya selalu memberikan pin yang salah, menghalangi penyelidik membuka ponsel miliknya.

Raynhard menolak memberi pin yang benar. Namun, saat polisi berhasil membuka ponselnya, mereka menemukan begitu banyak video yang memperlihatkan pemerkosaan serangkaian pemuda yang tampaknya sedang tertidur. Sementara itu, di satu ponsel lainnya, terdapat lebih banyak lagi rekaman serupa.

Analisis yang dilakukan mengidentifikasi ada lebih dari 195 korban berbeda dan seluruhnya berada dalam kondisi tidak sadar saat Reynhard melecehkan mereka. Penyelidik mengatakan tidak menemukan salah satu obat yang diyakini telah digunakan untuk membius korban hingga tertidur lelap dan tidak sadar telah menjadi korban kejahatan.

Jaksa mengatakan, pria-pria yang menjadi korban Raynhard diberi obat bius seperti asam gamma-hydroxybutyric yang umumnya dikenal sebagai GHB atau sesuatu dengan efek yang sangat mirip. Terkadang ini juga dikenal sebagai ekstasi cair, yang menyebabkan ingkat sedasi, ketidaksadaran, dan ketidakmampuan seperti terlihat dalam video korban dilecehkan, mereka benar-benar tidak bergerak sekalipun mendengar suara keras seperti ponsel yang berdering.

Apa yang Reynhard lakukan untuk membuat korban-korbannya datang ke apartemen dan tidak curiga bahwa mereka akan menjadi ‘santapan maut’ pelaku pelecehan dan pemerkosaan? Banyak di antara korban yang ingat bahwa mereka diberikan minuman, beberapa ingat dijanjikan untuk pergi ke pesta serta lainnya hanya ditawarkan untuk menginap karena kelelahan.

Ada satu korban Reynhard, pria berusia 21 tahun yang diperkosa sebanyak empat kali pada dini hari 21 Mei 2017. Ia mengatakan kepada juri di pengadilan bahwa ada sesuatu yang aneh dengan minuman yang diberikan padanya.

“Itu tampak seperti air, tetapi seperti ada suatu butiran, hampir seperti garam. Itu tidak bening seperti air. Saya sempat bertanya apakah ini dan ia (Reynhard) mengatakan ini air, kamu perlu minum air,” ujar pria berusia 21 tahun itu, dikutip Guardian.

Korban kemudian mengatakan tidak ingat apapun hingga bangun di pagi hari di apartemen Reynhard. Saat itu, ia hanya berpikir mengalami mabuk yang sangat parah. Ia kemudian bertanya apa yang terjadi dan Reynhard mengatakan telah menyelamatkan saat dirinya pingsan di trotoar sebelah klub malam, Factory.

“Saat itu saya berkata terima kasih telah memberiku tumpangan. Itu masuk akal karena saya sepertinya benar-benar mabuk,” kata pria 21 tahun itu.

Dalam sebuah grup percakapan di aplikasi chat Whatsapp, Reynhard membanggakan apa yang disebut sebagai ‘penaklukan seksual’. Ia kemudian juga mengatakan ada ramuan rahasia yang membuat para pria akan jatuh cinta kepadanya. Saat itu, ia baru memerkosa pria yang sedang kesulitan karena kehilangan kartu bank dan baterai ponselnya habis.

Reynhard mengatakan, menggunakan black magic atau sihir hitam untuk menaklukkan pria tersebut dan membuatnya dicintai dalam sekejap. Ramuan itu sangat efektif hingga hanya korban terakhir yang mengetahui bahwa ia telah dilecehkan. Bahkan, para korban lainnya baru mengetahui telah menjadi korban saat polisi memanggil dan menanyakan kesaksian mereka. Beberapa di antaranya mengingat Reynhard sebagai seseorang yang baik, bagaikan seorang samaritan yang memberikan mereka tumpangan dan tempat saat kehilangan sesuatu atau berada dalam kondisi yang sulit.

Bahkan, para korban yang tak sadar berterima kasih kepada Reynhard karena telah merawat mereka. Beberapa di antaranya bahkan kemudian setuju untuk melanjutkan pertemanan di jejaring sosial Facebook. Salah satu di antaranya juga merasa beruntung karena dapat membuktikan bahwa menginap di rumah Reynhard kepada kekasihnya, bukan seperti yang dicurigai, yaitu bermalam bersama dengan perempuan lain.

Dengan terungkapnya kejahatan Reynhard, sebanyak 48 korban setuju untuk memberikan kesaksian di Pengadilan Manchester. Terdapat empat persidangan terpisah, yang pertama dimulai pada Mei 2018 dan terakhir selesai sebelum 25 Desember 2019.

Beberapa korban yang sebelumnya tidak terlihat selama di video dalam ponsel Reynhard juga bersedia tampil di persidangan. Media dilarang melaporkan apa pun yang akan merugikan korban dan pengadilan dapat menuntut pelaku atas lebih dari ratusan pemerkosaan dan serangan seksual yang difilmkan olehnya sendiri.

Reynhard juga diketahui menyimpan barang-barang dari korbannya untuk diingat. Sering kali, ia mengambil foto korban dari Facebook, seperti apa yang jaksa penuntut katakan bahwa tampaknya pelaku bangga telah memiliki ‘koleksi’ dari kejahatannya.

Selama di persidangan, Reynhard menggambarkan dirinya sebagai gay dan dianggap seperti waria oleh para korban. Bahkan, ia mengatakan 48 pria yang menjadi korbannya itu terlebih dahulu mendekati dirinya saat berada di jalan sekitar apartemen dan mengajak untuk dekat dan melakukan ‘permainan’ yang membuat mereka berpura-pura tidur saat ia melakukan aksi kejahatan itu.

Reynhard mengatakan, para korban itu berbohong selama memberikan kesaksian di pengadilan. Ia mengatakan hal itu karena tidak mudah bagi mereka mengakui diri sebagai seorang gay dan telah terjadi homofobia secara luas.

Meski demikian, hakim Suzanne Goddard QC menolak pembelaan Reynhard. Fakta yang terungkap adalah ia terlihat berhati-hati sebelum melakukan kejahatannya, seperti dengan memeriksa apakah korban benar-benar sudah terlelap dan tidak sadar, sebelum memerkosa mereka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement