Selasa 07 Jan 2020 13:23 WIB

Banjir Jabodetabek dan Lebak: 67 Meninggal, 35.502 Mengungsi

Kabupaten Lebak jadi daerah dengan kerusakan infrastruktur terbanyak akibat banjir.

Sejumlah warga membersihkan lumpur pasca banjir yang menggenangi wilayah Jalan Mawar V RT. 008 RW 03, Kelurahan Margahayu, Bekasi Timur, Jawa Barat, Senin (6/1/2020).
Foto: Antara/Suwandy
Sejumlah warga membersihkan lumpur pasca banjir yang menggenangi wilayah Jalan Mawar V RT. 008 RW 03, Kelurahan Margahayu, Bekasi Timur, Jawa Barat, Senin (6/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Dessy Suciati Saputri

Banjir dan tanah longsor yang melanda sebagian wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) serta Kabupaten Lebak di Provinsi Banten pada awal tahun ini telah memaksa 35.502 warga mengungsi. Tercatat pula 67 korban meninggal dunia.

Baca Juga

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Jakarta, Selasa (7/1), mengutip data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menyebutkan, bahwa bencana banjir dan tanah longsor melanda 293 kelurahan di 74 kecamatan di wilayah Jabodetabek dan Provinsi Banten. Perinciannya, bencana alam telah menyebabkan 3.685 warga mengungsi dan 16 orang meninggal dunia di DKI Jakarta, mengakibatkan 15.400 orang mengungsi dan 31 orang meninggal dunia di Jawa Barat, serta menyebabkan 16.821 warga mengungsi, 20 orang, dan satu orang hilang di Banten.

Selain itu, Muhadjir mengatakan, banjir mengakibatkan kerusakan fasilitas umum dan perumahan penduduk di sebagian wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Khusus di Lebak, banjir bandang mengakibatkan sekitar 900 rumah warga dan dua sekolah rusak.

"Kabupaten Lebak merupakan daerah yang kerusakan infrastruktur terbanyak disusul Kabupaten Bogor," kata dia.

Menurut dia, sampai sekarang sudah ada 12 daerah terdampak banjir dan tanah longsor di Jawa Barat dan Banten yang menetapkan status tanggap darurat. Muhadjir Effendy mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menginstruksikan agar keselamatan warga yang terdampak bencana banjir dan tanah longsor harus diutamakan.

"Pengertian keselamatan ini bukan hanya dalam arti memberikan pertolongan saja. Tetapi pelayanan dasar terhadap yang terdampak juga harus mendapat perhatian," kata Muhadjir.

Pelayanan dasar yang harus menjadi perhatian pemerintah di antaranya kesehatan, pangan, tempat tinggal serta keberlangsungan belajar untuk para anak-anak terdampak banjir dan tanah longsor. Kemudian, Presiden Jokowi juga menginstruksikan agar melakukan normalisasi fasilitas umum, akselerasi kerja sama pemerintah pusat dan provinsi dalam menanggulangi bencana banjir.

"Instruksi Presiden ini harus dilakukan secara bersama dan saling bersinergi," katanya.

[video] Banjir dan Perilaku Masyarakat Terhadap Lingkungan

Pada Selasa pagi, Presiden Jokowi meninjau pengungsi banjir bandang dan longsor di  Desa Harkat Jaya, Sukajaya, Kabupaten Bogor. Sebelumnya Presiden juga sempat ingin meninjau lokasi bencana di Desa Pasir Madang, Sukajaya, Kabupaten Bogor pada Ahad (5/1), namun helikopter yang dinaikinya gagal mendarat.

Kali ini, dalam perjalanan menuju pengungsian warga di Lebak, Banten, Presiden pun menyempatkan diri meninjau Desa Harkat Jaya, Sukajaya. Lokasi desa ini ditempuh sekitar 1,5 jam dari Istana Kepresidenan Bogor.

Di sepanjang jalan mendekati wilayah desa pun masih terlihat bekas longsoran. Rombongan juga melewati jalan yang rawan longsor.

Tampak tanah liat yang bercampur lumpur memenuhi jalan sehingga sangat licin dan berbahaya, jalan pun tampak rusak. Dampak bencana longsor dan banjir masih terlihat di wilayah ini.

Presiden kemudian tiba di kantor Desa Harkat Jaya yang menjadi posko utama para pengungsi sekitar pukul 9:10 WIB. Ia sempat berinteraksi dengan warga setempat dan memberikan bantuan.

Tak lama kemudian, Jokowi menuju lokasi longsor dan melihat proses pembukaan akses yang tertutup oleh tanah longsor, tak jauh dari kantor Desa Harkat.

Di situ, sejumlah alat berat juga masih bekerja membuka akses jalan yang tertutup oleh tanah longsor. Namun tak lama kemudian, turun hujan yang cukup deras.

Presiden yang tadinya masih ingin meninjau upaya pembukaan akses wilayah yang terisolasi pun terpaksa harus kembali ke mobilnya. Saat hujan, Jokowi sempat melindungi kepalanya dengan menggunakan tas selempang sebelum ia diberikan jas hujan berbahan plastik dan berwarna hijau.

Masih turunnya hujan pasca terjadinya bencana membuat warga khawatir. Warga masih takut bencana longsor dan banjir akan kembali terjadi.

"Masih takut, masih khawatir karena masih turun hujan," kata Hamim (56) warga Desa Harkat Jaya.

Menurutnya, pascabencana, hujan masih terus menerus mengguyur wilayah itu. Sementara itu Asep (22) warga Babakan Tajur berharap agar rumahnya dapat kembali dibangun.

Rumahnya menjadi salah satu yang terdampak banjir bandang. Keluarganya pun mengungsi di posko utama di kantor desa.

"Bantuan sudah datang di posko semua. Jalan yang sudah dibuka baru sampai di sini. Yang desa atas masih proses dibuka aksesnya," ungkapnya.

Menurut Asep, banjir yang menghantam desanya merupakan luapan dari Sungai Cidurian dan Sungai Cibarengkok.

Usai meninjau Desa Harkat Jaya, Sukajaya, Presiden kemudian akan meninjau pengungsi di Lebak, Banten yang juga terdampak bencana. Dalam kunjungan ini, Presiden tampak didampingi oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Menteri Kesehatan Triawan Agus Putranto.

photo
Sejarah Banjir Jakarta

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement