REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Jerman, Inggris, dan Prancis berusaha keras untuk menjaga pembicaraan dengan Iran mengenai perjanjian nuklir 2015 tetap berjalan. Upaya ini dilakukan ketika Iran akan meninggalkan batas pengayaan uraniumnya.
Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan setelah pengumuman Iran tentang pengayaan, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk deeskalasi. "Kami secara khusus menyerukan Iran untuk menahan diri dari tindakan kekerasan lebih lanjut atau proliferasi," kata pernyataan bersama, merujuk pada kesepakatan Rencana Aksi Komprehensif Bersama.
Pada saat yang sama, para Menteri Luar Negeri Uni Eropa akan mengadakan pertemuan darurat di Brussel untuk membahas cara-cara untuk menyelamatkan kesepakatan melalui tekanan jika perlu. Upaya ini suatu langkah yang dapat mengarah pada penerapan kembali sanksi-sanksi Amerika Serikat terhadap Teheran.
"Kesepakatan itu semuanya mati, tetapi kami akan melakukan segalanya untuk memperlambat dan membatasi kemiringan proliferasi (nuklir) yang telah diambil dan mencoba menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan," kata seorang diplomat Eropa.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan kesepakatan antara Iran dan Amerika Serikat, Rusia, Cina, Inggris, Prancis, dan Jerman belum mati. Komunikasi dua arah sedang berlangsung.