REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang WNI Reynhard Sinaga menghebohkan dunia lantaran aksi pemerkosaan terhadap 190 pria di Inggris. Dalam tinjauan psikologis, pelajar doktoral di Kota Manchester itu diniai sudah masuk dalam kategori psikopat.
"Secara umum yang dialami Reynhard itu psikopat, yakni orang yang mengesampingkan penderitaan orang lain, tidak punya empati. Dia menikmati penderitaan orang lain. Dia tidak punya rasa belas kasihan," ujar pengajar Psikologi UGM, Bagus Riyono saat dihubungi, Selasa (7/1).
Seorang Psikopat, disebut Bagus cenderung menikmati tindakan jahat yang ia lakukan, bahkan bangga. Seringkali, psikopat tidak menganggap apa yang dilakukannya sebagai tindakan kejahatan.
Hal inilah yang diduga dialami Reynhard. Pasalnya, kepada otoritas Inggris, Reynhard tak mau mengaku bersalah. Ia mengklaim, pemerkosaan yang ia lakukan merupakan hubungan suka sama suka.
Intelektualitas Reynhard juga dianggap tidak berbanding lurus perilaku kriminalnya. Reynhard yang melupakan alumni UI di bidang arsitektur itu diketahui tengah menempuh doktoral di Manchester. Namun, di Inggris, Reynhard justru terbukti melakukan pemerkosaan.
"Jadi kecerdasan itu tidak berhubungan dengan moralitas. Jadi dalam ilmu psikologi, kecerdasan bisa digunakan untuk kebaikan dan kejahatan," ujar Bagus.
Banyak di antara korban Reynhard berjenis kelamin pria. Sebanyak 48 di antaranya telah mengaku menjadi korban. Bagus pun menilai, orientasi seksual Reynhard bukan menjadi permasalahan utama dalam kasus ini.
Namun, sifat psikopat Reynhard justru yang mendorong Reynhard melakukan tindakan pemerkosaan itu.
"Ini bukan sekadar orientasi seksual, ini sudah sangat mengerikan. Kejahatan luar biasa. Dia bahkan terbukti melakukan perencanaan dan sebagainya," kata dia.
Bagus tak mau menduga-duga faktor yang memengaruhi orientasi seksual dan tindakan pemerkosaan oleh Reynhard. Menurutnya, hal tersebut harus diselidiki per kasus. "Kapan tumbuh psikopat itu bisa dilacak ke masa lalu Reynhard secara khusus," ujar dia.
Dalam hal melacak masa lalu Reynhard, Bagus menilai, kepolisian Inggris bisa bekerja sama dengan polisi indonesia.
Dari perspektif korban, Bagus menilai, korban perlu mendapatkan konseling yang serius. Terlebih, banyak di antara korban yang tak menyadari menjadi korban pemerkosaan lantaran terpengaruh bius yang diberikan Reynhard. Sejumlah korban lainnya bahkan mengalami depresi.
"Korban membutuhkan konseling dan terapi. Ini peristiwa luar biasa yang menimbulkan trauma dan terapi yang membutuhkan konseling psikologis. Itu memang harus ditangani serius, karena ada informasi juga ada kecenderungan bunuh diri," ujar dia menambahkan.