REPUBLIKA.CO.ID, MEKSIKO -- Pemerintah Meksiko mengatakan lebih dari 61 ribu orang hilang akibat dari semakin meningkatnya perang narkoba dengan kartel. Jumlah itu 50 persen lebih banyak dari perkiraan pemerintah sebelumnya.
"Data resmi orang hilang adalah 61.637," ujar kepala Registrasi Nasional Orang Hilang atau Hilang (RNPED) Karla Quintana dikutip dari Aljazirah.
Angka baru dari pemerintahan Presiden Mexico Andres Manuel Lopez Obrador (AMLO) menunjukan kenaikan yang besar. Sebab, dibandingkan dengan laporan pemerintah pada Juni, hanya sekitar 40 ribu orang yang hilang. Quintana mengatakan sekitar seperempat dari yang hilang adalah wanita.
AMLO telah mengadopsi kebijakan "pelukan, bukan peluru" dalam menangani kejahatan dengan kekerasan. Dia berfokus menangani ketidaksetaraan dan mengatasi korupsi, tetapi jumlah korban tewas terus meningkat dengan sejumlah kasus pembunuhan pada tahun 2019.
Secara terpisah, para pejabat mengatakan upaya untuk menemukan orang hilang sejauh ini telah membuahkan hasil. Pemerintah menemukan 1.124 mayat di 873 lubang penguburan rahasia.
Komisi Pencarian Nasional itu mengatakan dalam 13 bulan pertama kerja sekitar sepertiga dari mayat yang ditemukan telah teridentifikasi. Namun, hanya seperempat dari jumlah total itu yang telah dikembalikan ke kerabat.
Pemerintah telah membuat basis data DNA untuk membantu mengidentifikasi mayat, tetapi mayoritas yang ditemukan masih belum teridentifikasi. Komisi itu mengatakan sekitar sepertiga dari mayat yang ditemukan di tiga dari 31 negara bagian Meksiko yaitu negara bagian utara Sinaloa, negara bagian pantai Teluk Veracruz, dan negara bagian pantai Pasifik di Colima.