Tim DMC Dompet Dhuafa diterjunkan di Kabupaten Lebak dan Bogor yang terdampak banjir.
REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Memasuki hari kedua sekolah di tahun 2020, Selasa (7/1), siswa-siswa di seluruh Indonesia menuju ruang kelas dengan ceria. Sebagian mungkin mendapatkan fasilitas baru. Namun, bukan untuk siswa SDN Malasari 2, Kecamatan Nanggung, Bogor. Mereka harus bersekolah dengan fasilitas seadanya.
Beruntung, tempat pengungsian berada di salah satu gedung sekolah di Desa tetangga, SMPN Satu Atap, Legok Kiara, Desa Cisarua, Nanggung, Bogor. Siswa SDN Malasari 2 kemudian dipersilahkan untuk menggunakan salah satu ruang kelas. Eka Gunawan, Guru Kelas 3 SDN Malasari 2 mengatakan, baru hari ini (Selasa, 7/1/2020) siswa-siswa dianjurkan masuk sekolah. Itu pun tidak seluruh siswa. "Yang berkenan saja, tak bijak jika siswa-siswa sudah diharuskan untuk masuk sekolah. Mengingat mereka seluruhnya adalah korban dari longsor. Seluruh warga Nyungcung meninggalkan rumah dan kampungnya. Sudah tidak ada aktifitas sama sekali di sana. Termasuk sekolah juga terkena dampak", ucap Eka.
Beda cerita dengan Banten, tepatnya di SDN 1 Sajira, sejumlah siswa siswi harus menyeberang sungai Ciberang dengan perahu karet melitasi arus sungat yang deras serta lebar akibat banjir bandang yang terjadi beberapa pekan lalu, bahkan menyulitkan akses ekonomi warga penghubung antara Kecamatan dan Desa di Kabupaten Lebak.
Seperti yang dialami oleh Fatar dan Chandra, sepertinya baru tersadar bahwa mereka harus menyeberangi derasnya arus Sungai Ciberang untuk menuju sekolahnya, SDN 1 Sajira. Mereka berdua tampak bingung dan khawatir, tetapi tidak ada akses jalan karena jembatan utama jalur tersebut rusak terputus akibat erosi yang disebabkan banjir bandang yang menerjang Kabupaten Lebak awal tahun 2020 ini.
"Biasanya lewat jembatan itu, Kak, namun jembatan telah putus dan miring cukup bahaya jika kami melewatinya", ucap Fatar sambil menunjuk ke arah jembatan yang rusak tersebut. Tim Water Rescue DMC (Disaster Management Centre) Dompet Dhuafa, hadir di lokasi tersebut dengan membawa 2 (dua) buah armada perahu karet jenis river boot dan mesin LCR. Menghadirkan bantuan mobilisasi untuk para warga dan penyintas agar tetap dapat beraktifitas seperti biasa.
"Hari ini kita gunakan (perahu karet) memang bukan untuk evakuasi, namun kami utamakan aktifitas anak-anak sekolah, kegiatan belajar-mengajar. Lihat saja saat ini mereka masih banyak tetap berangkat ke sekolah walau kondisi bencana", pungkas Ade, Koordinator Tim Water Rescue DMC.