Rabu 08 Jan 2020 06:19 WIB

Pemilik Gedung Ambruk Diperiksa

Baja yang digunakan untuk gedung merupakan baja polos dengan karbon rendah.

Rep: Ali Yusuf/Antara/ Red: Bilal Ramadhan
Anggota Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta bersiap melakukan evakuasi terhadap bangunan yang ambruk di Jalan Brigjen Katamso, Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat, Senin (6/1/2020).
Foto: Antara/M. Risyall Hidayat
Anggota Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta bersiap melakukan evakuasi terhadap bangunan yang ambruk di Jalan Brigjen Katamso, Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat, Senin (6/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polres Metro Jakarta Barat memeriksa pemilik gedung ambruk di Jalan Brigjen Katamso, Kota Bambu Selatan, Palmerah Jakarta Barat, Budiyanto (59 tahun). Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat Komisaris Polisi Teuku Arsya mengatakan, BB langsung diperiksa setelah kembali ke Jakarta dari Batam.

"Yang bersangkutan langsung ke Polres Jakbar," kata Arsya, Selasa (7/1).

Polisi kini mendalami perawatan dan perizinan yang dimiliki gedung tersebut. Sejak kemarin, lima orang karyawan minimarket Alfamart yang ada di dalam lantai dasar gedung diperiksa polisi. "Saat ini sedang dalam proses pemeriksaan oleh pihak polres, termasuk perizinan yang dimiliki," ujar dia.

Sebelumnya, saat dikonfirmasi Republika pada Senin (6/1) lalu, Budiyanto selaku pemilik bangunan yang ambruk memastikan selama ini bangunannya baik-baik saja. Ia juga mengklaim, gedung tersebut dibangun sesuai standar. Karena itu, rukonya disewakan kepada manajemen Alfamart sejak 2012 dengan kontrak 10 tahun.

"Selama ini baik-baik saja. Tahun ini tahun yang kedelapan disewakan ke Alfamart," kata Budiyanto.

Budiyanto mengaku, tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab rukonya itu runtuh. Saat ini, dia belum datang ke lokasi untuk meninjau rukonya yang runtuh itu karena masih di luar kota. "Saya masih di Batam," ujar dia.

Budiyanto menjelaskan, rukonya itu dibangun sejak 1999. Namun, dia tidak sempat menjelaskan apakah rukonya dibangun sendiri atau didapat melalui proses jual beli dari pihak kedua. "Maaf ya, saya sedang di pesawat," kata dia menambahkan.

Sementara itu, pengelola jaringan toko swalayan "Alfamart" PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk menyatakan, pihaknya menyewa dua lantai pada gedung tersebut hingga 2022. "Alfamart merupakan salah satu penyewa gedung tersebut. Kami menyewa dua lantai, yakni lantai dasar untuk toko dan lantai 2 untuk gudang," ujar Corporate Communication GM Alfamart, Nur Rachman, Selasa.

Ia menjelaskan, dua lantai gedung tersebut mulai disewa Alfamart sejak 2012 dan pada 2017 diperpanjang masa sewanya untuk lima tahun berikutnya dan berakhir pada 2022. Ia mengaku belum mengetahui penyebab robohnya gedung tersebut.

"Sementara ini, kami belum dapat memastikan penyebab robohnya gedung tersebut dan akan berkoordinasi dengan pihak yang berwenang," kata dia.

Dalam kejadian tersebut, karyawan Alfamart sempat menyelamatkan diri dengan keluar toko sesaat sebelum roboh. Kondisi gedung tersebut kini ambles dari lantai teratas sampai lantai kedua gedung.

Untuk lantai dasar gedung yang dijadikan toko swalayan, itu terlihat tidak hancur sepenuhnya. Beberapa kendaraan tampak tertimpa reruntuhan. Reruntuhan bangunan tersebut sudah diisolasi oleh pihak kepolisian.

Sebanyak 11 orang menjadi korban gedung ambruk dan berhasil dievakuasi dan telah dibawa ke dua rumah sakit, yaitu RSUD Tarakan dan RS Pelni Jakarta.

Akibat Korosi

Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, Kepala Bidang Balistik dan Metalurgi Forensik (Balmetfor) Puslabfor Polri Komisaris Besar Polisi Ulung Kanjaya menyebut ambruknya gedung empat lantai itu diduga karena adanya korosi atau perkaratan besi rangka bangunan.

"Dari hasil pengamatan dan analisa awal yang bisa kita simpulkan sebagai awal itu akibat adanya korosi daripada air ke dalam struktur beton sehingga sambungan-sambungan tiang itu telah mengalami pelapukan akibat proses korosi," kata Ulung, Selasa.

Ulung memperkirakan proses korosi di bangunan tersebut sudah cukup lama hingga ambruk pada Senin (6/1) karena tak kuat menahan beban bangunan. "Ada barang bukti yang kita temukan banyak sudah alami proses korosi yang sudah hampir separuh kemakan diameternya," kata Ulung.

Pihaknya menduga adanya kebocoran pada bangunan, sehingga air bisa masuk ke strukrur beton. Sebab baja yang digunakan adalah baja polos dengan karbon rendah.

Curah hujan yang tinggi juga semakin membuat bangunan lapuk dan tak kuat menampung beban, sehingga ada air yang terjebak dan membebani struktur bangunan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement