REPUBLIKA.CO.ID, YANGON - Empat bocah Muslim Rohingya meninggal dunia akibat ranjau darat meledak di negara bagian Rakhine, kawasan barat Myanmar, pada Selasa, (7/1). Pihak militer dan pemberontak saling melempar tanggung jawab atas peristiwa tersebut.
Sementara lima bocah lainnya serta seorang guru mengalami luka-luka ketika sekelompok anak-anak itu menginjak ranjau darat saat sedang mengumpulkan kayu bakar di Desa Kyauk Yan, kata juru bicara pihak militer, Brigadir Jenderal Zaw Min Tun.
Saat ini, para korban luka tengah mendapat perawatan di rumah sakit setempat. Tiga di antara mereka dalam keadaan terluka serius. Menurut Min Tun, ranjau darat itu dipasang oleh para petempur Pasukan Arakan, kelompok pemberontak yang merekrut anggota kebanyakan dari warga mayoritas Budha Rakhine. Sebaliknya, juru bicara Pasukan Arakan, yang menuntut otonomi lebih untuk negara bagian Rakhine, menyalahkan pihak militer atas terjadinya peristiwa ledakan itu.
"Satu anak yang meninggal dunia hanya bisa ditemukan bagian badannya saja. Kami sudah membawa jenazah mereka dan menyerahkannya kepada keluarga masing-masing untuk dimakamkan nanti malam," ucap salah satu warga yang tidak ingin disebut namanya.
Menurut data dari lembaga Perserikatan Bangsa-bangsa yang mengurus persoalan anak, UNICEF, pada tahun lalu ada 143 anak yang terbunuh atau terluka dalam sejumlah pertempuran sipil di sepanjang wilayah perbatasan Myanmar. Tercatat puluhan ribu orang mengungsi dari wilayah negara bagian Rakhine sejak pertempuran kembali pecah pada Desember lalu.