REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Hujan deras yang mengguyur Kota Bandar Lampung sepanjang Selasa (7/1) hingga Rabu (8/1) dini hari, menyebabkan sebagian wilayah kota terendam banjir. Banjir disebabkan saluran drainase atau siring tidak berfungsi dengan baik sehingga volume air yang berlebih meluap.
Banjir setinggi betis orang dewasa tersebut masih terpantau di kawasan Jalan Pulau Singkep, Jalan Pulau Nias dalam Kecamatan Sukabumi. Di tempat tersebut, air merendam jalan dan sebagian masuk rumah warga setinggi tumit hingga betis orang dewasa. Tingginya air menyulitkan arus kendaraan mobil dan motor.
Kondisi serupa terjadi di kawasan Sabah Balau, persisnya di dekat pasar tempel. Di daerah tersebut, air hujan tidak saja merendam jalan, namun sebagian telah memasuki rumah warga. “Banjir saat ini, masuk rumah, biasanya hanya jalan,” kata Wawan, warga Sabah Balau.
Ia mengkhawatirkan hujan yang masih mengguyur di Lampung menjelang puncaknya pada bulan depan, akan terjadi sama seperti di Jakarta. Untuk itu, ia berharap pemerintah segera memperbaiki saluran air atau drainase yang tersumbat atau mengecil sejak adanya pembangunan kawasan Kota Baru.
Hujan deras yang mengguyur sejak Selasa petang hingga malam hari, juga merendam jalan dan pemukiman penduduk di Kelurahan Garuntang, Kupang Teba, Bumi Kedamaian. Selain itu, rendaman air juga terjadi di Blora Persada, Srengsem, Sepang Jaya, dan Sukarame kawasan UIN Raden Intan.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung, Sutarno mengatakan, saat ini masih musim penghujan, petugas telah memetakan sebanyak 45 titik rawasan bencana di Kota Bandar Lampung.
“Bencana tersebut di antaranya banjir, tanah longsor, dan tsunami,” kata Sutarno, beberapa waktu lalu.
Ia berharap meski musim penghujan belum mencapai puncaknya pada Februari hingga Maret 2020, warga tetap waspada dan berjaga. Potensi banjir dan tanah longsor disertai angin kencang masih mengancam wilayah kota.