Rabu 08 Jan 2020 10:00 WIB

Sejarah Hari Ini: Vietnam Paksa Mundur Khmer Merah

Pada 8 Januari 1979 ratusan tentara Khmer Merah melarikan diri dari Kamboja

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Ladang Pembantaian Khmer Merah. Sejumlah wisatawan melihat tengkorak korban pembantaian rezim komunis Khmer Merah di Monumen Choeung Ek atau ladang pembantaian, Phnom Penh, Kamboja. Pada 8 Januari 1979 ratusan tentara Khmer Merah melarikan diri dari Kamboja.
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Ladang Pembantaian Khmer Merah. Sejumlah wisatawan melihat tengkorak korban pembantaian rezim komunis Khmer Merah di Monumen Choeung Ek atau ladang pembantaian, Phnom Penh, Kamboja. Pada 8 Januari 1979 ratusan tentara Khmer Merah melarikan diri dari Kamboja.

REPUBLIKA.CO.ID, HANOI - Pada 8 Januari 1979 ratusan tentara Khmer Merah melarikan diri dari Kamboja. Pelarian besar itu terjadi ketika mereka dihancurkan oleh pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Vietnam.

Seperti dilansir laman BBC History, ibu kota Kamboja, Phnom Penh dikepung. Pol Pot dan tentara lainnya terpaksa mundur ke perdesaan.

Baca Juga

Hal ini tentu menandakan akhir dari hampir empat tahun dominasi yang brutal oleh para gerilyawan. Para Tentara yang kalah dan menyerah, menyeberangi perbatasan Thailand. Di sana, mereka dibawa ke penjara sebagai imigran ilegal.

Pihak berwenang Thailand mengatakan pihaknya tidak akan secara paksa mengembalikan mereka ke Kamboja. Sementara ribuan anggota pasukan lainnya mencari perlindungan di daerah kantong di Kamboja Barat Laut.

Pemberontakan ini merupakan pukulan serius bagi Khmer Merah. Sebuah sumber intelijen mengatakan ada bukti pertahanan terorganisir antara ibu kota Kamboja dan perbatasan Thailand.

Banyak pihak menyarankan Khmer Merah untuk menarik diri dari posisi di Phnom Penh. Sebab mereka akan memiliki sedikit peluang untuk mengalahkan opoisisi bersenjata superior.

Invasi Vietnam ini terjadi setelah perang perbatasan yang sengit selama setahun antara Vietnam dan Kamboja. Vietnam melancarkan serangan pada hari Natal, dengan bantuan pemberontak pro-Vietnam di Kamboja berkumpul beberapa pekan sebelumnya di bawah panji Front untuk Keselamatan Nasional.

Jatuhnya Phnom Penh dianggap oleh para analis sebagai hal penting bagi keseimbangan kekuatan di Asia Tenggara. Rusia dengan tegas mendukung Vietnam sementara Cina mendukung Kamboja.

Atas bantuan kekuatan dari Vietnam itu, pemerintahan Khmer Merah akhirnya digulingkan pada 1979. Eselon-eselon tingkat tinggi dari rezim mundur ke wilayah-wilayah terpencil di negara itu, meski mereka tetap aktif namun lama kelamaan secara bertahap berkurang dan hilang kekuasaannya.

Pada tahun-tahun berikutnya usai 1979, Kamboja membuka kembali komunitas internasional sehingga kebrutalan oleh rezim menjadi jelas dan diketahui dunia.

Pemerintahan Khmer Merah memulai teror pada 1975 setelah pengeboman Amerika di Kamboja, yang telah meningkatkan dukungan populer awal para gerilyawan. Selama empat tahun berikutnya, pemimpinnya, Pol Pot bertanggung jawab atas kematian sekitar 1,7 juta orang dengan eksekusi, kerja paksa, dan kelaparan.

Rezim ultra-Maois yang brutal, yang dipimpin oleh Pol Pot, memindahkan secara paksa penduduk dari daerah dan kota-kota. Ia mengirim mereka ke kamp-kamp kerja paksa perdesaan, sebuah eksperimen yang memporak-porandakan bangsa.

Pada 1979, Pol Pot dan Khmer Merah tertekan dari kekuasaan invasi Vietnam. Pol Pot kemudian secara resmi mengundurkan dri dari kepeimpinan di 1985, namun masih mempertahankan pengaruh yang cukup besar.

Pol Pot dihukum karena pengkhianatan oleh "pengadilan rakyat" pada 1997. Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Dia meninggal pada April 1998.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement