REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat diminta tidak panik menghadapi kasus pneumonia berat di China. Pemerintah Indonesia sudah mengambil langkah antisipasi hadapi pneumonia.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Anung Sugihantono mengimbau kepada masyarakat umum dan tenaga kesehatan untuk mencermati gejala-gejala yang ditimbulkan dari kasus baru pneumonia berat tersebut.
"Gejala umum dari pneumonia adalah demam, batuk, dan sukar bernapas. Jika merasakan gejala penyakit seperti ini agar segera berobat ke Puskesmas, rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan terdekat," kata dia, dalam keterangan pers, Rabu (8/1).
Anung mengimbau masyarakat untuk menjaga tubuh agar tetap sehat dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat setiap hari dan berkelanjutan. Menerapkan pola hidup sehat dimulai dari makan makanan bergizi dengan menu seimbang dan konsumsi buah sayur yang cukup, melakukan aktivitas fisik minimal setengah jam setiap hari, istirahat yang cukup, dan segera berobat jika sakit.
Bagi masyarakat yang akan melakukan perjalanan ke China dan juga termasuk ke Hong Kong, Wuhan, atau Beijing, agar memerhatikan perkembangan penyebaran penyakit ini di China atau berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan atau Kantor Kesehatan Pelabuhan setempat. Selama di China, masyarakat diminta menghindari berkunjung ke pasar ikan atau tempat penjualan hewan hidup.
Jika selama perjalanan di China merasa berinteraksi dengan orang dengan gejala demam, batuk, dan sukar bernapas atau jatuh sakit dengan gejala yang sama, agar segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Setelah kembali ke Indonesia menunjukkan gejala demam, batuk, dan sukar bernafas agar segera berobat dan perhatikan informasi yang disampaikan Dinas Kesehatan setempat dan Kementerian Kesehatan RI.
Anung juga mengingatkan pada para tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan agar mencermati perkembangan penyakit pneumonia berat yang belum diketahui penyebabnya di China dan di dunia agar dapat menyikapinya dengan tepat dan benar. Para tenaga kesehatan harus mengetahui informasi dari Dinas Kesehatan setempat dan Kementerian Kesehatan RI tentang perkembangan penyakit ini.
Jika tenaga kesehatan menemukan pasien dengan gejala pneumonia berat yang belum diketahui penyebabnya diharapkan segera melakukan tata laksana sesuai prosedur operasional standar yang berlaku. Yaitu mengisolasi pasien, memperhatikan prosedur kewaspadaan umum atau infection control, dan melaporkan kejadian secara berjenjang ke Dinas Kesehatan setempat untuk diteruskan ke Kementerian Kesehatan RI.
Sejak hari-hari terakhir Desember 2019 hingga hari ini dikabarkan ditemukan pasien-pasien pneumonia atau radang paru-paru berat yang belum diketahui penyebabnya di Kota Wuhan, China. Jumlah pasien yang awalnya hanya 27 orang kini telah meningkat menjadi 44 orang.
Hasil pengkajian menunjukkan penyakit ini bukan disebabkan virus influenza dan bukan penyakit pernapasan biasa. Penelitian lebih lanjut juga tengah dilakukan mengenai kemungkinan kesamaan penyakit tersebut dengan penyakit Severe Acute Respiratory Infection (SARS) yang disebabkan Coronavirus dan pernah mewabah di dunia pada tahun 2003.
Semua pasien di Wuhan telah mendapatkan pelayanan kesehatan, diisolasi, dan dilakukan penelusuran atau investigasi untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit. Hasil investigasi sementara menyebutkan sebagian dari pasien-pasien tersebut bekerja di pasar ikan yang juga menjual berbagai jenis hewan lainnya termasuk burung.
Hingga saat ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa penyakit ini dapat menular dari manusia ke manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO)masih melakukan pengamatan dengan cermat terkait kejadian di Wuhan ini.
Pneumonia pada umumnya merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru sehingga menyebabkan kantung udara di dalam paru meradang dan membengkak. Pneumonia adalah penyakit infeksi yang bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus sehingga sangat mudah ditularkan melalui udara.
Dikutip dari AP, Rabu (8/1), China telah mengidentifikasi 59 kasus terkait dugaan pneumonia berat di kawasan sentral China. Seluruh kasus terdiagnosa sejak 11 Desember 2019. Hingga Ahad (5/1) tujuh pasien di antaranya mengalami kondisi kritis akibat penyakit.
Penyakit pneumonia yang berat itu tidak hanya terjadi di China daratan. Di Hong Kong, 15 pasien sudah dirawat sejak Ahad akibat gejala yang sama. Mereka diketahui baru saja berkunjung ke Wuhan. Belum jelas apakah mereka memiliki penyakit yang sama dengan pasien di Wuhan.
Health Chief Hong Kong, Prof Sophia Chan, mengatakan kasus pernapasan akut yang diasosiasikan dengan infeksi ini akan ditambahkan ke daftar penyakit menular di Prevention and Control of Disease Ordinance Hong Kong.
Artinya, pemerintah kini bisa melakukan langkah lebih pasti untuk menghindari penyebaran penyakit, seperti TBC atau cacar air. Langkah di bawah ordinansi termausk memaksakan karantina atau membatasi pergerakan mereka yang diduga terinfeksi.
"Di bawah aturan, praktisi medis harus melaporkan kasus penyakit termasuk melakukan penyelidikan yang sesuai dan menindaklanjutinya ke Pusat Perlindungan Kesehatan di bawah Kementerian Kesehatan," kata Chan.
Pemerintah China sudah memastikan bahwa penyakit pernapasan yang disebut misterius itu bukan SARS. Di tahun 2002-2003 epidemi SARS terjadi di China selatan. Sebanyak 700 orang meninggal akibatnya di China, Hong Kong, dan negara lain.
Ketakutan kalau penyakit pneumonia ini adalah SARS merebak setelah kejadian di Wuhan, ibu kota provinsi Hubei. Komisi Kesehatan Wuhan mengatakan, sebagian besar pasien mengalami demam, sesak napas dan infeksi paru muncul di sebagian kecil kasus. Belum indikasi jelas apakah ada transmisi antara manusia ke manusia
Sejumlah pasien yang dirawat bekerja di pasar South China Seafood City. Kini pasar sedang ditutup untuk diselidiki lebih lanjut.
WHO juga bekerja intens memonitor situasi dan menjaga kontak dengan pemerintahan China. WHO tidak mengeluarkan larangan perjalanan dan dagang dengan China sampai saat ini.